Jakarta (Antara News) -- Dalam rangka menyambut hari Gizi Nasional yang akan jatuh pada 25 Januari 2017, Ajinomoto menggelar sosialisasi manfaat monosodium glutamate (MSG) bagi tubuh di Jakarta, Selasa (23/1). Pada seminar ini, juga turut dijelaskan anggapan-anggapan keliru di tengah masyarakat Indonesia seputar dampak buruk konsumsi MSG alias penyedap rasa.
 
"Mindset yang terbentuk di masyarakat kalau MSG bikin bodoh atau kerusakan otak tentu keliru. Selama tidak berlebihan, MSG tidak berdampak negatif bagi tubuh. Sama halnya dengan bumbu masakan atau bahan makanan lainnya," ujar PR Department Manager Ajinomoto Muhammad Fachrurozy.

Anggapan MSG yang notabene adalah zat utama dalam penyedap rasa atau vetsin semakin diperburuk ketika muncul istilah kekinian yakni generasi micin. Istilah ini merujuk pada kelakuan anak-anak masa kini yang melakukan hal-hal bodoh.

Senada dengan Fachrurozy, pengamat gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Hardinsyah mengungkapkan tidak ada penelitian yang membuktikan MSG dapat merusak otak. Sebaliknya, MSG menawarkan manfaat sebagai substitusi garam meja sehingga sangat ideal untuk penderita hipertensi.

"Selain itu, penggunaan MSG sangat bermanfaat bagi pasien lansia dengan menambahkan 0,5 gram MSG pada bubur nasi dan juga untuk penderita kekurangan cairan lambung yang notabene sangat selektif pola dietnya," ujar pria yang juga merupakan ketua umum Pergizi Pangan ini.

Hardinsyah melanjutkan, tudingan bahwa MSG merusak otak dapat lebih jauh disangkal lewat data-data konsumsi MSG sejumlah negara. Ya, beberapa negara maju mengonsumsi MSG jauh lebih tinggi dari Indonesia, seperti Amerika Serikat mengonsumsi sekitar satu gram per orang per hari; Jepang dua gram per orang per hari; sementara Indonesia hanya 0,6 gram per orang per hari.

"Jadi hal ini membuktikan dua negara maju tersebut tetap memiliki daya saing tinggi di pentas internasional. Tudingan MSG dapat merusak otak sangat keliru," pungkas Hardinsyah.

Pewarta: Primasatya
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2018