Jakarta (ANTARA News) - Sebagian orang mengira tabir surya hanya perlu digunakan saat cuaca terik, tapi ahli dermatologi mengatakan bahwa krim pelindung kulit ini harus digunakan setiap hari, termasuk saat bepergian naik pesawat.

Kebanyakan jendela pada pesawat punya kemampuan menahan sinar UVB, namun sinar UVA, yang bisa menembus kulit lebih dalam, masih bisa menembus kaca, dan itu berisiko menimbulkan masalah pada kulit.

Memakai tabir surya sangat penting terutama untuk pilot. Sebuah studi terbaru yang disiarkan JAMA Dermatology mengungkapkan bahwa pilot yang selama satu jam berada di ketinggian 30.000 kaki terpapar radiasi UV setara dengan sesi mencoklatkan kulit (tanning) selama 20 menit.

Meski penumpang pasti tidak terpapar sinar matahari sebanyak pilot, tabir surya tetap sebaiknya tetap digunakan, terutama bagi mereka yang duduk di dekat jendela.

"Jendela pesawat di sebelah Anda mungkin ukurannya kecil, tapi Anda berada lebih dekat dengan lapisan ozon saat terbang setinggi puluhan ribu kaki," kata dokter Sweta Rai dari British Association of Dermatologists kepada Sun Online.

"Sinar matahari jauh lebih berbahaya pada ketinggian ini dan kita semua harus memakai tabir surya saat terbang."

Tabir surya dengan SPF 30, yang akan melindungi kulit dari sinar UVA dan UVB yang berbahaya, bisa digunakan untuk melindungi kulit. Cukup oleskan tabir surya seukuran seukuran kelereng ke wajah, dan area terbuka lain seperti leher, dada, tangan, lengan bawah, dan telinga setidaknya satu jam sebelum terbang.

Penting juga untuk mengoleskan ulang tabir surya setiap dua jam, terutama selama penerbangan jarak jauh.

Bagi mereka yang menggunakan rias wajah saat bepergian, beberapa foundation juga berguna sebagai tabir surya, tapi disarankan untuk memakai tabir surya secara terpisah sebelum berdandan untuk perlindungan maksimal.

Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018