Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Cho Tae-yong menegaskan Olimpiade Musim Dingin 2018 yang digelar di PyeongChang, Korea Selatan, pada 9-25 Februari 2018 adalah Olimpiade yang menyebarkan kedamaian.

Hal itu antara lain ditunjukkan dengan keikutsertaan tetangga mereka, Korea Utara, yang selama ini kerap terlibat dalam perseteruan di Semenanjung Korea.

"Kami ingin Olimpiade di PyeongChang ini tidak hanya menjadi pesta olahraga warga dunia, tetapi juga Olimpiade damai," ujar Tae-yong di Kedutaan Besar Korea Selatan di Jakarta, Rabu.

Keputusan partisipasi negeri yang dipimpin Kim Jong-un itu sendiri tidak dikeluarkan dengan mudah. Perlu diskusi intensif perwakilan kedua negara hingga tingkat menteri sampai akhirnya Korea Utara memastikan diri ikut Olimpiade Musim Dingin di Korea Selatan, termasuk mengirimkan senimannya untuk pertunjukan.

Korut dipastikan bakal ambil bagian di lima cabang olahraga dari total 15 cabor yang dilombakan di Olimpiade PyeongChang 2018.

Tae-yong mengungkapkan negara tetangga mereka itu akan mengirimkan tak kurang dari 400 delegasi ke Korsel selama olimpiade, yang tak hanya terdiri dari atlet dan staf tim, tetapi juga seniman.

"Saya percaya Olimpiade damai ini bisa terwujud dengan dukungan dari dunia internasional. Khusus untuk Indonesia, saya juga mengucapkan terima kasih atas perhatiannya kepada negara kami. Beberapa waktu lalu Kementerian Luar Negeri Indonesia menyambut baik dan gembira membaiknya hubungan antara kedua negara Korea. Indonesia merupakan negara penting karena punya hubungan baik dengan kami maupun Korea Utara. Kami mohon dukungan serupa di masa depan," ujar Tae-Yong.

Meski Olimpiade Musim Dingin 2018 akan dipusatkan di PyeongChang, ajang ini juga akana dilangsungkan di kota Jeongseon dan Gangneung. Ketiga kota ini sama-sama berada di Provinsi Gangwon, Korsel, tak jauh dari perbatasan Korut.

Sebanyak 2.900 atlet dari 95 negara akan berkompetisi di 15 cabang olahraga yang dipertandingkan. Mereka akan memperebutkan total 102 medali.

Dukungan terwujudnya perdamaian melalui Olimpiade Musim Dingin 2018 juga dikumandangkan Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Mayjen TNI (Purn) Tono Suratman.

Menurut Tono, olahraga memang sarana tepat untuk mempromosikan perdamaian.

"Semoga hubungan baik kedua negara Korea bisa terjalin semakin erat di Olimpiade Musim Dingin. Melalui olahraga, kita memperkuat persahabatan," tutur Tono.


Timnas hoki bersama

Olimpiade PyeongChang 2018 juga akan menghadirkan tonggak sejarah lain dalam hubungan kedua Korea, yakni untuk pertama kalinya mereka membentuk tim nasional bersama, yang akan berlaga di nomor hoki es putri.

Duta Besar Tae-yong menyebut Komite Olimpiade Internasional (IOC) memberikan izin khusus untuk timnas hoki putri Korea tersebut.

"IOC sebenarnya punya batasan untuk atlet di tim nasional. Namun khusus untuk hoki es putri Korea, IOC menyetujui adanya timnas gabungan dua negara Korea," kata Tae-Yong.

Kondisi tersebut tentu saja melegakan karena sejak berseteru dan terpisah menjadi dua negara mulai masa Perang Dunia II, ketegangan antara Korsel dan Korut seolah tak kunjung berakhir.

Lebih jauh lagi, pesan perdamaian di Olimpiade PyeongChang 2018 akan diperlihatkan dengan kesepakatan kontingen kedua Korea untuk berbaris bersama di bawah bendera persatuan (unifikasi) saat upacara pembukaan.

"Komunikasi kami dengan pihak Korea Utara pun sudah dibuka kembali setelah ditutup bertahun-tahun sehingga pemerintah kami bisa berkomunikasi langsung dengan mereka. Harapan kami, dengan berjalannya ini semua, perdamaian kedua negara bisa terus dibina meski Olimpiade sudah selesai," tutur Tae-Yong, sembari menyebut bahwa tidak perlu khawatir dengan ancaman uji coba nuklir dari Korut yang kerap dilakukan beberapa waktu belakangan.

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018