Padang (ANTARA Newa) - Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno menolak hasil penelitian Maarif Institute yang menyebutkan pelajar SMA di Padang paling rentan terpapar radikalisme, apalagi jika paham radikal itu masuk dari aktivis rohis.

"Kita di Sumbar aman-aman saja. Tidak ada tindakan siswa yang anarkis mengarah radikalisme," kata dia di Padang, Senin, menanggapi hasil penelitian seorang peneliti Maarif Institute.

Iwan justru memuji kegiatan rohis di sekolah-sekolah di Sumbar karena mendorong siswa hafal Alquran.  Dan menurut dia, menghafal Alquran membuat siswa menjadi lebih santun dan makin jauh dari radikalisme, apalagi terorisme.

"Lihat saja jumlah teroris yang dirilis oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Dari ribuan orang teroris, yang berasal dari Sumbar hanya 0,000 sekian persen," klaim Iwan.

Seraya mengatakan sebagian besar teroris justru berasal dari luar Sumbar, Iwan mengkritik penelitian yang disebutnya seharusnya melihat fakta dan data, serta tidak menggunakan asumsi.

"Misalnya orang belajar Islam nanti jadi teroris, itu salah. Rohis mendorong siswa hafal Alquran, apakah itu yang disebut dengan paham radikal yang tumbuh jadi terorois? Kalau itu saya tidak sepakat," kata dia.

Namun pada Agustus 2017, Kepala BNP Komjenpol Suhardi Alius saat membuka pelatihan Duta Damai Dunia Maya di Padang, malah mengungkapkan belasan teroris asal Sumatera Barat yang telah ditangkap polisi.

Mereka adalah R alias I Alias Z Alias AZ dari Bukittinggi, Ys alias KH dari Padang Panjang, Jt alias H alias Haf dari Payakumbuh, DS alias A alias AI dari Sangir Solok Selatan, Y alias H dari Koto Kecil Pasaman, AH alias M dari Pasaman, Rrp alias Aw alias R dari Bukittinggi, Hb dari Bukittinggi, Asm dari Pasaman. Fitr alias Butet dari Bukittinggi (ISIS), HJern dari Bukittinggi (ISIS), Ah dari Bukittinggi, PR alias UJ dari Padang, APR dari Pasaman Barat, Mass dari Tapian, dan R alias I dari Tapian.

Jumlah orang itu memang tidak sampai 1 persen dari jumlah terorisme yang didata BNPT.

Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018