Bandung (ANTARA News) - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Pol Budi Gunawan membeberkan konsep "The Six Ds" (digitized, deceptive, disruptive, demonetized, dan dematerialized) untuk menggambarkan bagaimana perkembangan teknologi menjadi pendorong utama perubahan tatanan dunia, termasuk di Indonesia.

"Perkembangan teknologi diperkirakan akan menyebabkan anomali transformasi ekonomi seiring dengan perkembangan era kreatif, digital, dan data di Indonesia," kata dia saat menjadi dosen tamu pada kuliah umun bertema "lntelijen Indonesia: lnstitusi, lntuisi, dan lnovasi" di Aula Barat Kampus ITB, Rabu.

Dalam konteks ini, BIN sebagai organisasi intelijen negara memiliki peran sebagai mata dan telinga negara untuk memprediksi, mencegah, mendeteksi, dan merespon perubahan dunia yang berpengaruh terhadap kepentingan nasional dalam aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hingga pertahanan dan keamanan.

Menurut dia, salam menjalankan perannya. BIN menyadari pentingnya pengembangan dan pemanfaatan inovasi teknologi namun demikian, inovasi teknologi di Indonesia masih dihadapkan kepada sejumlah kendala, seperti ketersediaan fasilitas dan kualitas sumber daya manusla (SDM).

"Oleh karena itu, dibutuhkan suatu upaya menjawab tantangan dan dinamika global tersebut," kata dia.

Baca juga: Karena sekarang era intelijen 3.0, BIN dan ITB harus berkolaborasi

Kepala BIN menekankan bagaimana BIN berkomitmen untuk ikut andil dalam upaya ini dengan memajukan teknologi dalam negeri, mengoptimalkan SDM nasional, dan mendorong intensiflkasi koIaborasi dengan pusat inovasi teknologi.

Dia menyampaikan bagaimana badan intelijen di dunia, bekerjasama dengan institusi pendidikan tinggi, menciptakan berbagai inovasi yang kemudian berkembang menjadi teknologi teknologi yang tidak hanya digunakan dalam kegiatan intelijen, namun juga berguna bagi masyarakat banyak.

Komitmen BIN dituangkan dalam konsep "Institusi, Intuisi, dan Inovasi" yang sedang digaIakan saat ini.

Budi menyatakan,  transformasi institusi BIN tengah digencarkan dalam rangka menciptakan intelijen yang handal dan modern serta mampu Iebih cepat memberikan peringatan (warning) terhadap segala potensi ancaman yang akan terjadi.

Pembangunan institusi  melalui big data analysis, early warning system, dan intelligent forecasting juga dilakukan untuk meningkatkan performa BIN sebagai mata dan telinga negara. Terakhir, pengembangan inovasi didorong dengan pembangunan platform dan infrastruktur intelijen digital, modernisasi, dan koIaborasi strategis dengan pusat inovasi teknologi termasuk ITB.

"Hal inilah yang mendasari kerjasama antara BIN dan ITB melalui Nota Kesepahaman dan sejumlah Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang ditandatangani segera setelah kegiatan Studium Generale tersebut," kata dia.


Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018