... kunjungan Raja Salman ke Indonesia tahun lalu, Raja Arab Saudi itu juga masih ingat dan sempat menanyakan keberadaan Yenny saat itu...
Jakarta (ANTARA News) - Tokoh-tokoh nasional yang disebut-sebut layak maju menjadi "Indonesia 1" pada Pemilu 2019 bertambah. Sekretaris Jenderal Jaringan Muda Nahdlatul Ulama, Adnan Rarasina, menilai sosok Yenny Wahid patut diperhitungkan.

Putri dari Presiden Abdurrahman Wahid, itu layak diperhitungkan walau memang masih tidak kunjung muncul dalam survei nasional.

"Dengan rekam jejak yang panjang yang dimiliki Yenny dan kedekatannya dengan berbagai kelompok Islam selama ini maka figur Yenny layak untuk diperhitungkan," kata Rarasina, melalui keterangannya di Jakarta, Rabu.

Adapun penyebab putri Gus Dur yang pernah menjadi wartawan untuk media massa Australia itu tidak muncul dalam survei calon presiden ataupun wakil presiden pada Pemilu 2019 karena Yenni berkarakter rendah hati. DIa juga engganan memunculkan diri ke publik.

Yenny selama ini lebih banyak berkecimpung dan aktif di bidang sosial kemasyarakatan, pemberdayaan masyarakat kecil dan pembelaannya pada kaum minoritas yang terpinggirkan melalui The Wahid Foundation.

Meski tidak aktif lagi di partai politik ataupun politik praktis, sosok dia dipandang masih tetap memiliki magnet politik yang kuat. Berbekal komunikasi politiknya yang cair dan lentur, Yenny diterima di berbagai kalangan dan komunitas masyarakat.

Yenny diketahui dekat dengan Ketua Umum DPP Gerindra, Prabowo Subianto. Pada suatu kesempatan, kata dia, Gus Dur pernah menyatakan bahwa Prabowo adalah pemimpin yang "ikhlas". 

Dia memandang jika jaringan politik Yenny di berbagai daerah memintanya untuk maju maka Yenny pasti akan mulai membuka diri. 

Terlebih saat ini secara fakta politik, dua nama yang akan maju menjadi Presiden 2019 dengan elektabilitas tinggi yakni petahana Presiden Jokowi dan rival lamanya sejak 2014, Prabowo Subianto. Kedua nama ini masih paling berpeluang pada Pemilu 2019 nanti. 

Menurut Rarasina, sebagai tokoh dengan latar belakang nasionalis, kedua calon presiden ini membutuhkan tambahan dukungan dari representasi kelompok Islam. 

Dia katakan, Yenny juga diterima dan dekat dengan Presiden Jokowi. Dalam memahami Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika keduanya seiring sejalan.

"Soal pengalaman politiknya, Yenny juga langsung menimba dari pergulatan politik yang keras saat ayahnya, Abdurahman Wahid atau Gus Dur, menjabat sebagai presiden pada awal-awal reformasi," kata dia.

Adnan meyakini Yenny memang sengaja ditempa Gus Dur dengan terus mendampingi Gus Dur dalam aktivitas keseharian saat menjalankan pemerintahan dan agenda-agenda kenegaraan. Yenny juga terlihat terus bersama Gus Dur. 

Dan dalam lawatannya di berbagai kesempatan keluar negeri, di mana Gus Dur juga memperkenalkan Yenny pada pemimpin-pemimpin dunia.

"Saat kunjungan Raja Salman ke Indonesia tahun lalu, Raja Arab Saudi itu juga masih ingat dan sempat menanyakan keberadaan Yenny saat itu," kata Rarasina.

Selain itu, kata dia, pengalaman politik Yenny dinilai cukup komplit, yakni pernah menjadi sekretaris jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa hingga menjadi staf khusus presiden pada era Presiden Susilo Yudhoyono.

Pewarta: Rangga Jingga
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018