Bogor (ANTARA News) - Buaya muara bernama Kojeg yang dipelihara Muhammad Irwan warga Sempur, Kota Bogor, Jawa Barat, telah dievakuasi ke lembaga konservasi umum Taman Safari Indonesia untuk selanjutnya menjalani masa karantina dalam rangka penyesuaian tempat baru.

Menurut Khedi petugas Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Minggu, selama masa karantina Kojeg ditempatkan di kandang khusus terpisah satwa lain sesama habitatnya.

"Karena satwa ini baru menempati tempat baru jadi perlu adaptasi, karantina diperlukan untuk penyesuaian," kata Khedi.

Kojeg hidup dan tinggal di rumah Muhammad Irwan selama 21 tahun. Buaya tersebut sudah jinak dan beradaptasi dengan manusia. Keberadaan Kojeg sempat viral di dunia maya ketika video Irwan yang sedang memandikan hewan kesayangannya diliput sejumlah media.

Keberadaan Kojeg juga menjadi sorotan media luar negeri. Irwan pernah menerima kedatangan wartawan dari Australia, dan media lainnya.

Selama 21 tahun tinggal bersama Irwan, Kojeg diperlakukan seperti anak sendiri. Ia diberi makan seminggu dua kali setiap hari Sabtu dan Minggu. Untuk sekali makan ia menghabiskan dua kilogram ikan emas warna hitam.

Khedi mengatakan, setelah menempati tempat konservasi, langkah awal yang akan dilakukan adalah memeriksa kondisi kesehatannya oleh tim dokter rumah sakit hewan TSI Cisarua. Kojeg memiliki bobot 200 kg dengan panjang 2,75 meter.

"Kojeg tergolong obesitas, selama karantina kita akan memberikan menu makan sesuai SOP di pusat rehabilitasi," katanya.

Menurut dia, obesitas tidak baik untuk satwa, karena dapat mempengaruhi sistem metabolisme yang dapat berdampak fatal bagi kesehatannya.

"Seharusnya satwa ini aktif bergerak, tapi karena obesitas malas bergerak, ini dapat mempengaruhi sistem metabolismenya," katanya.

Selama dikarantina, Kojeg akan mendapatkan menu makan diet untuk menormalkan berat tubuhnya. Dan bisa lincah bergerak. Selain itu, menumbuhkan kembali sifat alamiahnya sebagai predator agar bisa bertahan di alam liar.

"Butuh waktu satu sampai dua bulan untuk karantina, tergantung dengan satwanya juga. Yang perlu kita kembalikan sifat alaminya," kata Khedi. 

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018