Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah negara yang tergabung dalam organisasi ASEAN membahas upaya menekan tingkat kehilangan hasil produksi pertanian di kawasan tersebut yang dinilai masih tinggi.

Pembahasan tersebut dilakukan dalam pertemuan Regional Consultation (RC) Proyek Penurunan Susut Pasca Panen Hasil Pertanian dan Produk-produknya di Asean yang berlangsung di IPB International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, selama 4-7 Februari 2018.

Delegasi dari 10 negara anggota ASEAN tersebut yakni Indonesia, Brunei Darussalam, Kamboja, Myamar, Malaysia, Lao PDR, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Perekonomian Musdhalifah Machmud ketika memberikan sambutan kunci dalam pembukaan kegiatan tersebut, Senin mengatakan, tingkat kehilangan hasil pada kegiatan pasca panen secara global maupun nasional masih sangat tinggi.

Di tingkat global, lanjutnya, angka kehilangan hasil produksi pada kegiatan penanganan pasca panen dan penyimpanan mencapai 54 persen, sedangkan di tingkat pengolahan, distribusi dan konsumsi mencapai 46 persen.

"Sementara itu tingkat kehilangan hasil produksi pasca panen secara nasional masih di atas 20 persen rata-rata per tahun," katanya.

Tingginya kehilangan hasil pasca panen tersebut, lanjutnya, tidak hanya berdampak pada menurunnya sistem ketahanan pangan namun juga dampak negatif ekonomi dan lingkungan.

Secara ekonomi, menurut Musdhalifah, tingginya tingkat kehilangan hasil produksi tersebut akan menurunkan panen yang diperoleh petani serta pendapatan mereka.

Menurut dia, untuk menekan tingginya tingkat kehilangan hasil produksi tersebut diperlukan peran pemerintah terutama dengan memberikan bantuan alat-alat dan mesin penanganan pasca panen.

"Selama ini bantuan alat dan mesin pertanian yang diberikan ke petani masih berupa alat-alat pengolahan lahan maupun untuk menanam, sedangkan alat-alat penanganan pasca panen belum banyak diberikan pemerintah," katanya.

Alat-alat dan mesin penanganan pasca panen tersebut, lanjunyat, seperti mesin pengering, gudang penyimpanan maupun silo.

Sementara itu Kepala Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian Evi Savitri Iriani mengatakan, sebagai upaya penurunan tingkat kehilangan hasil produksi akan dilakukan Kegiatan Pilot Penurunan Susut Pascapanen di tiga negara Asean yakni Indonesia, Thailand dan Vietnam.

Untuk Indonesia, tambahnya, proyek percontohan ini diterapkan pada komoditas cabai, sedangkan Thailand komoditas nanas dan Vietnam yakni beras.

"Setelah dilakukan proyek pilot nantinya hasilnya diharapkan dapat diterapkan di negara-negara Asean lainnya," katanya.

Pembantu Rektor IV IPB Erika Budiarti Laconi mengatakan, pihaknya siap memberikan pendampingan terhadap petani untuk melakukan upaya-upaya penanganan pascapanen yang baik guna menurunkan tingkat kehilangan hasil.

"Pemberian edukasi ke petani ini perlu sekali agar mereka bisa mempertahankan kualitas hasil panen mereka," katanya.

Dalam kegiatan Regional Consultation tersebut akan dilakukan peluncuran website Asean PHL (post harvest losses) agar negara-negara anggota bisa berbagi informasi tentang susut pascapanen hasil pertanian mencakup kebijakan, regulasi metodologi, metodologi maupun informasi bisnis terkait.

Pewarta: Subagyo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018