Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Demokrat sekaligus Susilo Bambang Yudhoyono menyebut perilaku Setya Novanto mengaitkan nama putranya Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dalam kasus korupsi KTP elektronik, ibarat pepatah "air susu dibalas air tuba".

"Waktu Pak Setya Novanto di-bully macam-macam, dari ICU kemudian sehat, kemudian kecelakaan kendaraan, luka banyak benjol, saya larang teman, saudara jangan ikut melakukan bully, tidak baik. Tapi nampaknya 'air susu dibalas air tuba'," ujar SBY saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Selasa.

Dalam buku catatan berwarna hitam yang kerap dibawa Setya Novanto dalam persidangan kasus KTP elektronik, Novanto menulis nama Nazaruddin dan Ibas pada salah satu halamannya. Di bagian atas ada tulisan justice collaborator, kemudian dibawahnya tertulis nama Nazaruddin.

Di bawah nama Nazaruddin, Novanto menggambar dua tanda panah. Satu tanda panah menunjuk tulisan nama Ibas, tanda panah lainnya menunjuk tulisan angka USD 500.000. Tulisan itu terlihat wartawan saat melakukan wawancara terhadap Novanto di ruang persidangan.

Belakangan Partai Demokrat menyebut upaya mengaitkan nama Ibas dalam kasus KTP elektronik tidak berdasar.

Presiden keenam RI mengatakan putranya sebagai warga negara memiliki hak untuk mendapatkan keadilan. SBY mempersilakan Ibas untuk menempuh jalur hukum atas tulisan Novanto dibuku catatan tersebut yang menyebabkan nama Ibas ikut terseret dalam kasus KTP elektronik.

SBY sendiri juga melapor ke Bareskrim Polri atas tuduhan yang dilayangkan saksi korupsi KTP elektronik Mirwan Amir dalam persidangan yang sama. Mirwan, yang juga mantan politikus Demokrat, mengaku telah melaporkan kepada SBY saat masih menjabat Presiden, ihwal proyek KTP elektronik yang bermasalah, namun SBY menurut dia, bersikeras tetap melanjutkannya.

SBY menegaskan pernyataan Mirwan seolah memposisikan dirinya sebagai aktor di balik kasus KTP elektronik. SBY menyebut pernyataan Mirwan adalah fitnah yang penuh nuansa rekayasa.

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018