Beirut (ANTARA News) - Lebanon, Selasa (6/2), menjanjikan upaya diplomatik untuk mencegah negara tetangga Israeal membangun tembok pemisah antara kedua negara, seiring meningkatnya ketegangan atas eksplorasi minyak dan gas lepas pantai.

AFP melaporkan, Presiden Michel Aoun, Perdana Menteri Saad Hariri dan Ketua Parlemen Nabih Berri berjanji akan berusaha melakukan mobilisasi di tingkat regional dan internasional untuk menghalangi pembangunan tembok oleh Israel, menurut sebuah pernyataan usai pertemuan itu.

Israel telah membangun tembok sejak 2012 di perbatasannya yang bergolak dengan Lebanon -- dengan kedua negara secara teknis masih berperang.

Israel dan kelompok Syiah Lebanon, Hizbullah, bertempur dalam konflik dahsyat pada 2006.

Lebanon mengatakan bahwa sebagian tembok tersebut mengikuti "Blue Line" yang ditetapkan PBB yang dibuat setelah penarikan mundur Israel dari Lebanon selatan pada tahun 2000, dan menegaskan beberapa bagian akan melewati wilayahnya.

Israel menyangkal klaim itu dan mengatakan pada Selasa bahwa "pembangunan terus berlanjut seperti biasa."

"Semua pekerjaan dilakukan di wilayah berdaulat Israel," kata militer.

Fokus kembali mengarah kepada pembangunan tembok saat kedua belah pihak berselisih atas rencana Lebanon untuk mengeksplorasi minyak dan gas di lepas pantai di perairan yang diincar kedua belah pihak.

Beirut akan menandatangani kontrak dengan sebuah konsorsium yang meliputi perusahaan Prancis Total, perusahaan Italia ENI dan Perusahaan Rusia Novatek untuk mulai menggali cadangan energi dari lepas pantai Mediterania-nya pada 2019.

Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman bulan lalu mengatakan pemberian tawaran semacam itu menunjukkan perilaku provokatif pemerintah Lebanon. (mr)





Pewarta: -
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018