Kulon Progo (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah menyelesaikan infrastruktur jalan Bedah Menoreh sepanjang 41 kilometer dari target 63 kilometer.

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo di Kulon Progo, Rabu, mengatakan berdasarkan data jalur Bedah Menoreh dimulai dari Kecamatan Kokap sampai Kecamatan Girimulyo sejauh 41 kilometer, diteruskan dari Girimulyo (Tegalsari) sampai Samigaluh 20 kilometer (perbatasan Magelang).

"Sisanya 22 kilometer itu putus enam kilometer antara Tegalsari-Kebonharjo ini dan mulai akan dibuka dengan pembebasan lahan," kata Hasto.

Ia mengatakan proses pembebasan lahan untuk menyempurnakan program Bedah Menoreh diupayakan Pemkab Kulon Progo. Jalur koneksitas bandara baru di Temon dengan candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah ini tinggal menyisakan enam kilometer antara ruas Tegalsari, Purwosari Kecamatan Girimulyo dengan Kebonrejo Kecamatan Samigaluh.

Jalan ke Suroloyo dulu tidak tembus, namun melalui jalur Bedah Menoreh akan tersambung.

"Tahun ini, kami membebaskan ruas yang putus antara Tengalsari, Purwosari Kecamatan Girimulyo dengan Kebonharjo Kecamaan Samigaluh sepanjang 6 kilometer dengan lebar 14 meter sebagai jalan utama," kata Hasto.

Selain itu, kata Hasto, Pemkab Kulon Progo juga sudah mulai menyusun kajian Bedah Menoreh, salah satunya yakni semua tempat dengan pemandangan yang bagus harus didukung kekayaan budaya dan tradisi, kalau perlu ada heritage-nya. Bupati Gianyar Bali didatangkan untuk kerja sama bagaimana mengembangkan budaya berwawasan nusantara seperti di Bali.

Saat ini, pemkab akan membuat kawasan sendra tari di Bukit Menoreh yang izinnya masih diurus. Adanya kawasan sendra tari ini akan menghasilkan sendra tari kecak dengan api di bukit menoreh misalnya, tidak apa-apa seperti itu.

"Yang pasti, bedah menoreh tidak ada artinya jika tidak didukung dengan budaya berbawawasan nusantara yang bisa memperkuat dan menjadi magnet wisatawan untk datang," katanya.

Terkait destinasi wisata yang sudah mulai siap menyambut beroperasinya bandara, Hasto mengatakan baru ada dua objek wisata, yakni Gua Kiskendo (Girimulyo) dan Sendangsono (Kalibawang). Dua objek wisata tersebut sudah mulai dirintis dan digarap heritage dan seni budayanya salah satunya adalah Gua Kiskendo dengan suguhan sendra tari Sugriwo Subali. Selain itu ada Sendangsono (Kalibawang) yang sarat dengan tradisi dan religi.

"Kekuatan atau potensi itu tidak bisa disaingi," katanya.

Politisi PDI Perjuangan ini mengatakan objek wisata diluar Gua Kiskendo dan Sendangsono masih mengandalkan keindahaan alam, dan belum dibangun haritage, seperti Ayunan langit, Waduk Sermo, Gunung Gajah dan Kalibiru semua baru menawarkan wisata alam. "Sekarang di atas Boro (wisata farm Kambing PE) itu bagus, ada kominasi ternak dan alam, bahkan pengelola masih membuat sendratari dengan kostum kambing," katanya.

"Mereka juga mengundang koreografer untuk membuat sendratari tersebut. Itu bagus dan perlu didorong ke depannya," katanya.

Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kulon Progo Niken Probo Laras mengatakan program bedah menoreh sebagai prioritas pembangunan di Kabupaten Kulonprogo akan menyentuh pengembangan objek wisata di kawasan yang dilalui. Obyek wisata itu diantaranya Goa Kiskendo, Kebun Teh Tritis, Puncak Suroloyo, Sendangsono, Bendo.

Sejauh ini pihaknya juga sudah menjalin komunikasi dengan Pokdarwis di kawasan bedah menoreh agar tidak hanya menawarkan keindahan panorama alam, namun juga menggarap potensi tradisi lokal atau budaya setempat untuk digali semaksimal mungkin. Beragam event harus dihelat sebagai upaya penggalian potensi budaya yang bisa dijual dan menarik wisatawan.

"Mengingat kemampuannya pemkab terbatas, sangat memungkinkan juga dilakukan kerja sama dengan pihak-pihak lain, minimal dalam melakukan branding atau promosi. Sebab branding menjadi kunci pokok untuk menarik wisatawan," katanya.

Pewarta: Sutarmi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018