Padahal, untuk bisa mengakselerasi ekonomi yang dibutuhkan adalah investasi."
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengkhawatirkan mengenai nasib investasi di Indonesia pada tahun politik 2018.

 "Kalau ingin melihat realisasi investasi dan konsumsi rumah tangga, biasanya panduan yang utama adalah ITB dan ITK," ujarnya dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, terkait posisi indeks tendesi bisnis (ITB) dan indeks tendensi konsumen (ITK) di Indonesia.


Ia menilai tahun politik mengandung kendala yang krusial dalam penanaman modal (investasi), yaitu sikap investor yang cenderung menunggu kepastian terlebih dahulu.

INDEF menyoroti penurunan ITB di kuartal IV-2017 dari 112,39 menjadi 111,02, yang menurut Enny, menggambarkan optimisme pelaku bisnis kian menurun.

Komponen ITB yang menurun di antaranya penggunaan kapasitas usaha dan rata-rata jumlah kerja. Dua komponen tersebut menggambarkan kontraksi dari penambahan tenaga kerja pada tahun ini dan tahun depan.

INDEF memperkiraan ITB pada kuartal I-2018 akan turun hingga 108,6. Perkiraan itu dapat lebih rendah, dinilainya, apabila pebisnis memilih untuk bersikap menunggu karena ketidakpastian yang ditimbulkan pada tahun politik.

Selain itu, Enny memandang peristiwa besar di 2018, seperti Asian Games, pemilihan umum kepala daerah (pilkada) serentak dan pertemuan tahunan Bank Dunia (World Bank/WB) maupun Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) hanya menggerakkan sektor konsumsi rumah tangga.

"Padahal, untuk bisa mengakselerasi ekonomi yang dibutuhkan adalah investasi," katanya.

Ekonomi nasional saat ini, dikemukakannya, masih mengandalkan pertumbuhannya melalui konsumsi rumah tangga.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi terbesar dalam struktur produk domestik bruto (PDB) 2017 senilai 56,13 persen.

INDEF memandang bahwa realisasi investasi merupakan prasyarat pertumbuhan ekonomi berkualitas yang dapat dinikmati oleh semua pelaku. Makna pertumbuhan ekonomi berkualitas tergambar dari realisasi investasi yang menyerap tenaga kerja lebih banyak.

Enny menambahkan bahwa faktor yang perlu diperbaiki untuk mengatasi persoalan investasi adalah penyelesaian masalah korupsi, efisiensi institusi pemerintah, dan peningkatan akses keuangan.

Pewarta: Roberto Calvinantya Basuki
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018