Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama Lion Air Group Edward Sirait menceritakan pengalaman dirinya yang tidak akan pernah berhenti menyentuh barang haram bernama narkoba, sekaligus menjadi pelajaran baru seluruh pegawainya.

Edward dalam sambutannya pada penandatanganan kerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis menuturkan cerita yang tidak akan dilupakan ketika SMA dulu.

"Ketika masih SMA, di SMA 6 Jakarta, saya mengantar teman saya yang kecelakaan, sudah tiga ampul morfin, dia masih sadar," ujarnya.

Kemudian, Dirut yang akrab disapa Edo itu bertanya kepada dokter mengapa temannya tidak kunjung tertidur, meski sudah disuntikan morfin dengan dosis yang banyak.

"Teman kamu ini pecandu narkoba, sudah kebal," kata Edward menirukan sang dokter.

Dari pengalamannya itu, Edward mengaku tidak akan pernah menyentuh barang haram narkoba apapun alasannya.

"Ketika dokter sudah mengatakan tidak bisa dilakukan lagi langkah medis, maka ajal akan segera datang dan tentu neraka menunggu," tegas Edward di depan seluruh pegawai dan kru Lion Air Group.

Untuk itu, ia memerintahkan kepada seluruh pegawai baik kru pesawat, petugas di darat (ground handling) dan sebagainya untuk menjadikan pelajaran terhadap pengalamannya itu.

"Tolong, tidak ada gunanya sama sekali menyalahgunakan narkoba itu," katanya.

Dia mengatakan sudah memiliki peraturan untuk pengecekan berkala terhadap seluruh pegawai Lion Air Group.

"Kita akan berusaha keras kita pasti akan koordinasi menyangkut personel apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah peredaran, termasuk indikasi kargo kita akan segera laporkan," katanya.

Ia juga menegaskan tidak akan memberi bantuan hukum apapun terhadap pegawainya yang tersangkut kasus narkoba.

"Terdapat kasus beberapa pengacara pun tidak kita siapkan, karena mereka juga mengkhianati kita dengan penyalahgunaan narkotika," katanya.

Dia menambahkan apabila ada personel yang terindikasi narkoba maka akan dilaporkan ke BNN dan namanya akan dicatat dan langsung dirumahkan.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018