Tokyo (ANTARA News) - Harga saham di bursa-bursa efek Asia jatuh ke level terendah dalam dua bulan terakhir mengikuti anjloknya lagi harga saham di bursa efek New York, Wall Street, menyusul naik tajamnya yield obligasi, sementara mata uang seperti yen dan franc Swiss diburu sebagai tempat aman mengalihkan modal di tengah pasar yang tengah bergejolak.

Indeks Nikkei Jepang terpangkas 3,3 persen sehingga dalam sepekan ini sudah tersunat 8,9 persen.  Sedangkan indeks  MSCI yang mencakup indeks saham di Asia Pasifik di luar Jepang, anjlok 2,3 persen pada level terendah dalam dua bulan ini.

Setelah mencatat rekor tertinggi pada 29 Januari, indeks MSCI untuk keenam kali berturut-turut mengalami tekanan dan dalam sepekan ini sudah terpangkas 7,7 persen.

Indeks saham Australia juga tertekan 1,15 persen, sedangkan indeks saham KOSPI Korea Selatan turun 1,7 persen.  Demikian pula dengan Hang Seng dan Shanghai yang masing-masing melemah 2,8 dan 2,85 persen.

Baca juga: Wall Street amblas ke level terendah sejak 2008

"Fase koreksi di pasar ekuitas bisa terjadi sepanjang Februari dan mungkin juga awal Maret," kata Masahiro Ichikawa dari Sumitomo Mitsui Asset Management di Tokyo seperti dikutip Reuters.

Bursa saham AS tetap menjadi episentrum pasar global di mana indeks Dow Jones sudah ambles 4,1 persen, demikian pula S&P 500 yang tenggelam 3,7 persen.

Pasar saham AS sudah bergejolak sejak Jumat pekan lalu justru dipicu oleh gambaran positif pasar kerja AS yang malah diprediksi mendorong naiknya yield obligasi dan kekhawatiran naiknya inflasi yang akan mendorong bank sentral menaikkan suku bunga, demikian Reuters.

Baca juga: Wall Street amblas, Donald Trump bungkam seketika

Pewarta: -
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018