Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian menyiapkan anggaran sebesar Rp140,75 miliar untuk menunjang pengembangan tiga kawasan industri di luar Jawa, yaitu kawasan industri Sei Mangkei, Sumatera Utara, kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah, dan kawasasn industri Bantaeng, Sulawesi Selatan.

“Upaya tersebut dilakukan guna memperbaiki iklim investasi dan penciptaan lapangan pekerjaan baru,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui keterangan resmi di Jakarta, Senin.
 
Pengembangan yang akan dilakukan, antara lain untuk perluasan lahan dan peningkatan keperluan operasional kawasan industri. Termasuk pula pembagunan infrastruktur, menyiapkan ketersediaan SDM, hingga peningkatan investasi. 
 
Kawasan Industri Sei Mangkei, Sumatera Utara, ditargetkan mampu menarik investasi sebesar Rp129 triliun di atas lahan seluas 1.933 hektar yang diharapkan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 83.300 orang hingga tahun 2031. 

Pengembangan kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ini difokuskan untuk hilirisasi kelapa sawit, karet, dan aneka industri.
 
Dari luas area kawasan tersebut, pembagiannya untuk zona industri sebesar 70 persen, zona logistik 15 persen, dan sisanya untuk sektor pariwisata. Terdapat satu industri yang telah beroperasi, yaitu PT Unilever Oleochemical Indonesia dengan nilai investasi Rp3,35 triliun.
 
Selain itu, ada tiga perusahaan lain yang akan mengisi kawasan tersebut, yaitu PT Industri Nabati Lestari dengan investasi Rp 1 triliun dan ditargetkan beroperasi April 2018 dan PT Alternative Protein Indonesia yang akan membangun insect bio reactor atau pengolahan ekstrasi protein serangga (IBR) untuk makanan ternak, dengan investasi sebesar Rp5,7 triliun.
 
Terakhir, PT Pertamina yang akan membangun pembangkit tenaga listrik biogas berkapasitas 1,6 megawatt dengan nilai investasi Rp53 miliar. Kemenperin dan PTPN III ikut  memfasilitasi pembangunan infrastruktur, antara lain jalan poros, dryport, dan jalur kereta api sepanjang 3,9 kilometer
 
Untuk kawasan industri Morowali, saat ini total realisasi investasi mencapai 6 miliar dolar AS dengan luas lahan 2.300 hektar. Sebagian besar diisi oleh pabrik smelter berbasis nikel dengan menyerap tenaga kerja lebih dari 10 ribu orang.
 
Pembangunan kawasan industri Morowali menjadi salah satu upaya percepatan pengembangan proyek industri logam di Tanah Air, seperti industri berbasis nikel dan baja tahan karat atau stainless steel. Kawasan ini diharapkan dapat menghasilkan 4 juta ton baja stainless steel dan pabrik baja karbon berkapasitas 3,5 juta ton per tahun.
 
Kawasan industri tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Morowali rata-rata mencapai 29 persen selama tahun 2010-2016. 

Bahkan, Kemenperin telah memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Logam Morowali yang akan menjadi pusat inovasi teknologi dan pengembangan produk berbasis nikel.
 
“Sekolah tinggi vokasi ini merupakan salah satu best practice dalam pelaksanaan pendidikan yang mengusung konsep link and match dengan dunia industri,” tutur Menperin. 

Politeknik seluas 30 hektar ini dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan penelitian lengkap. Misalnya, ruang kelas, laboratorium, bengkel kerja, pusat inovasi, gedung direktorat, dan perpustakaan.
 
Sedangkan, kawasan Industri Bantaeng yang memiliki luas 3.000 hektar, diperkirakan menarik investasi sebesar 5 miliar dolar AS, dengan Harbour Group bertindak sebagai investor. 

Selanjutnya, Kemenperin telah selesai membangun Akademi Komunitas Industri Manufaktur untuk industri logam di kawasan tersebut.
 
Kampus yang dibangun di atas lahan seluas 2 hektar ini akan membuka tiga jurusan, yakni teknik elektro, teknik mesin dan kimia analis. 

Fasilitasnya, antara lain gedung akademik, ruang kelas, ruang praktik, serta peralatan industri yang memadai dan mesin-mesin yang mendukung pembelajaran.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018