Jakarta (ANTARA News) - Kabar bohong, terutama tentang SARA (Suku Agama Ras dan Antar-golongan), menjadi ancaman serius bagi proses demokrasi di Indonesia. Pada sisi lain, masyarakat masih sangat sensitif pada hal-hal berlatar SARA ini.

"Berita hoaks dan isu SARA menjadi ancaman serius bagi proses demokrasi kita," kata tenaga ahli anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan, Nurfahmi Prasetyo, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, isu-isu SARA itu kerap kali digunakan pada tahun politik untuk saling menjatuhkan lawan politik satu sama lain.

Dia berharap kualitas demokrasi Indonesia tidak dikotori dengan cara-cara penyebaran kabar bohong yang memecah-belah kerukunan elemen masyarakat itu.

Kabar-kabar bohong itu menyebar cepat melalui media sosial, lengkap dengan tanggapan-tanggapan dan "modifikasi-modifikasi"-nya. 

Yang tidak kalah seru adalah fanatisme dukung-mendukung pada jago masing-masing, sekaligus merendahkan pihak lain yang tidak sepaham. Hal ini marak di media sosial sejak tujuh tahun terakhir. 

Polarisasi dan polemik berlarut atas suatu wacana menjadi suatu keniscayaan dan jargon-jargon khusus tentang itu telah menjadi menu bahasan sehari-hari, yang bila dibiarkan bisa menimbulkan perselisihan dan perpecahan di antara masyarakat. 

Prasetyo menilai masih rendahnya tingkat literasi dan minat baca masyarakat di Tanah Air menyebabkan penyebaran kabar bohong semakin mudah meluas hingga banyak kalangan kemudian terhasut.

"Hoaks cepat menyebar karena masih rendahnya literasi dan minat baca bangsa kita. Baru baca judulnya, tanpa mengklarifikasi, orang sudah menjustifikasi isu," kata dia.

Untuk itu, ia menyarankan para pengguna media sosial untuk bijak dalam berselancar di dunia maya.

Pewarta: Hanni Sopardi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018