Makassar (ANTARA News) - Hutan mangrove (bakau) Tongke-Tongke yang berlokasi di Desa Tongke-Tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai merupakan taman wisata mangrove andalan Sulawesi Selatan (Sulsel).

"Tongke-Tongke ini merupakan pusat restorasi dan pembelajaran mangrove yang luasnya mencapai 173,5 hektare, terluas dan rapat pohonnya di Indonesia," kata Kabid Pariwisata Kabupaten Sinjai Andi Mandasini menanggapi potensi wisata di wilayah kerjanya, Rabu.

Dia mengatakan, hutan mangrove yang dikembangkan masyarakat setempat sudah lebih dari 13 tahun dengan ketinggian pohon mangrove sekitar 5 meter dengan kerapatan 0,5 x 0,5 meter, sehingga sangat mendukung menjadi habitat flora dan fauna di kawasan pesisir. Sedang jenis mangrove yang diswadayakan masyarakat setempat ada tiga jenis yakni jenis bakau Ryzhopora mucnorata sp, Avicenia sp. dan Nipa fructicans.

Menurut dia, kelebihan wisata mangrove di Sinjai, karena selain dapat menikmati kawasan mangrove yang sejuk, juga terdapat sejumlah fasilitas seperti tracking mangrove permanen sepanjang 250 meter untuk mengami flora dan fauna di lokasi itu. Termasuk fasilitas shelter, pondok informasi dan cafe terapung.

"Pengelola juga menyiapkan gazebo, mushollah, kios dan play ground. Area pemancingan, area pembibitan dan penyewaan perahu juga disiapkan," katanya

Khusus di pondok informasi, lanjut dia, dapat melihat peta kawasan mangrove, potensi flora dan fauna yang berkembang di`kawasan mangrov dan tak kalah menariknya terdapat `photo booth` untuk melakukan swafoto (selfie).

Adapun fauna yang menjadikan kawasan mangrov Tongke-Tongke ini sebagai habitatnya adalah berbagai macam serangga, ular pohon, kelelawar, burung belibis, burung bangau, termasuk fauna lautan seperti ikan, kepitingbakau, tiram dan udang.

"Untuk sampai ke lokasi ini, dapat menyusuri jalan hotmix sekitar lima kilometer dari Kota Sinjai. Di sini juga dapat menikmati pemandangan perkampungan khas nelayan dengan jejeran berbagai jenis perahui nelayan bersandar di pelabuhan rakyat," kata Mandasini.

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018