Kediri (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri, Jawa Timur melanjutkan pencarian korban tebing longsor di Sungai Ngobo, Kecamatan Plosoklaten, sebab diduga masih ada korban tertimbun.

"Kami masih melanjutkan pencarian diduga masih ada satu korban lagi. Lokasi pencarian di sekitar korban lain yang ditemukan," kata Pelaksana Tugas Kepala BPBD Kabupaten Kediri Randy Agata di Kediri, Jumat.

Ia mengatakan total korban yang sudah ditemukan adalah tujuh. Dari jumlah itu, tiga korban ditemukan meninggal dunia sedangkan lainnya berhasil selamat. Saat ini, para korban selamat itu masih dirawat secara intensif di rumah sakit.

Dari tiga korban meninggal dunia itu, adalah Seno (30) dan Andik (35), keduanya warga Desa Sumberagung, Kecamatan Plosoklaten, dan Sugiyanto (35), warga Desa Badek Sepawon, Kecamatan Plosoklaten.

Sedangkan, korban selamat semuanya berasal dari Kecamatan Plosoklaten, antara lain Mur (34), warga Desa Badek Sepawon, Sulis warga Desa Sumberagung, Samsul (24) warga Desa Sumberagung, dan Iksan warga Desa Sumberagung.

Selain itu, diduga masih ada satu korban lainnya yang masih belum ditemukan, yaitu Narji, warga Desa Sepawon, Kecamatan Plosoklaten. Petugas hingga kini masih berupaya melakukan pencarian korban.

"Pencarian hanya menggunakan manual, jadi membutuhkan waktu. Kami berupaya keras untuk mencarinya," katanya.

Musibah tebing longsor terjadi di aliran Sungai Ngobo, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, sekitar jam 04.45 WIB. Korban adalah penambang pasir di sungai tersebut. Saat musibah terjadi, para korban sedang bekerja mencari pasir. Para korban dibawa ke rumah sakit, sedangkan yang meninggal dunia kini sudah dibawa pulang.

Selain menimpa korban jiwa, material tanah bercampur pasir tersebut, juga menimbun tiga truk penambang pasir. Saat ini, warga sudah berhasil mengevakuasi truk tersebut. Kondisinya rusak parah akibat tertimbun pasir tersebut.

Randy juga menyebut, lokasi penambangan itu ilegal. Di sepanjang sungai tersebut, warga banyak beraktivitas menambang pasir dari sisa material Gunung Kelud (1.731 meter di atas permukaan laut). Penambangan pasir itu dilakukan secara tradisional.

Sebelumnya, musibah juga pernah terjadi di sekitar daerah tersebut, namun tidak ada korban jiwa. Hanya ada sejumlah kendaraan milik penambang yang terkena tanah longsor. Musibah itu juga tidak membuat warga jera untuk menambang pasir.

Pihaknya juga berharap, dengan kejadian ini warga tidak lagi menambang pasir. Mereka bisa mencari alternatif pekerjaan lainnya yang tidak berisiko mengancam jiwa.

"Belajar dari kejadian ini, terlebih lagi saat ini memasuki penghujan yang bisa memicu tanah longsor, kami berharap tidak melakukan penambangan," kata Randy.

Pewarta: Destyan Hendri Sujarwoko dan Asmaul Chusna
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018