Jakarta (ANTARA News) - Pengungsi Rohingya yang tinggal di Tanah Tak Bertuan (No Man’s Land) menuntut pemerintah Myanmar memenuhi tuntutan mereka yang meliputi pemastian keselamatan dan hak mereka, sebelum mereka kembali ke Myanmar.

Para pengungsi ini menggelar protes pada Sabtu dan Minggu lalu di sektor Tambru, No Man’s Land.

Dil Mohammed dan Arif Hossain, dua tokoh Rohingya di daerah pengungsi ini, mengklaim bahwa tentara Myanmar dan para ekstremis Mogh masih membuldozer rumah-rumah, desa-desa, dan pasar-pasar Rohingya, selain menyiksa mereka yang masih bertahan di Rakhine.

Keduanya berkata, "Warga Rohing di No Man's Land merasa terancam dan khawatir masuknya nama mereka dalam daftar repatriasi akan membuat mereka kembali dalam marabahaya."

Para pengunjuk rasa menuntut penggelaran pasukan perdamaian PBB di Rakhine dan diakui sebagai warga negara Myanmar.

Mereka juga menginginkan organisasi dan media massa internasional dilibatkan dalam proses repatriasi dan pengawasan situasi secara keseluruhan, bersamaan drengan implementasi penuh rekomendasi yang telah dibuat Komisi Penasihat di Negara Bagian Rakhine pimpinan Kofi Anan dan proposal lima poin dari Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina.

Dil Mohammad mengatakan pengungsi tidak akan kembali ke tanah asalnya sampai tuntutan-tuntutan mereka dipenuhi.

Baca juga: AS desak PBB paksa Myanmar akui pembersihan etnis Rohingya

Sekitar 6.500 pengunjuk rasa Rohingya dari Tambru ini adalah bagian dari 8.032 nama dalam daftar repatriasi yang sudah diserahkan pemerintah Bangladesh ke Myanmar Jumat pekan lalu.

Warga Rohingya yang tinggal di No Man’s Land telah menjadi objek intimidasi pasukan keamanan Myanmar dalam beberapa bulan terakhir.   Situasi kian memburuk setelah Wakil Menteri Dalam Negeri Myanmar Mayor Jenderal Aung Soe mengunjungi perbatasan Tambru 8 Februari lalu.

Sejak kunjungan itu, tentara Myanmar dan Polisi Perbatasan Myanmar (BGP), menggunakan pengeras suara untuk meminta warga Rohingya kembali ke Rakhine dari No Man’s Land.  Tetapi malam harinya, tentara Myanmar malah melepaskan tembakan peringatan untuk menakutnakuti mereka supaya tidak kembali ke Rakhine.

Setelah operasi militer Myanmar di Rakhine sejak 25 Agustus tahun lalu, sekitar 6.500 Rohingya dari desa-desa Tambru, Medipara, Raimongkhali, Deybuinna, Laipuiya, Ponduiya, Khuyangcipong yang semuanya masuk sektor Bangladesh, dan Desa Panirchora di Maungdaw, Myanmar, telah pindah ke No Man’s Land dan tinggal di sana, demikian Dhaka Tribune.

Baca juga: Cristiano Ronaldo ajak dunia bantu pengungsi Rohingya

Pewarta: -
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018