... hanya Rp300.000 per bulan. Padahal sudah 13 tahun saya mengabdi di sekolah ini hanya sebagai pegawai honorer...
Kupang, NTT (ANTARA News) - Sejumlah guru honorer di Kecamatan Haharu, Sumba Timur, NTT, mengaku mendapatkan gaji hanya Rp300.000 sebulan. Jika harga beras Rp12.000/kilogram, uang segitu cuma bisa buat beli 25 kilogram beras tanpa sisa lagi.

Mardiana Poduloya, guru honorer di SD Masehi Kapunduk, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, ditemui di Pulau Sumba, mengatakan, dia sudah bekerja di sekolah itu selama 13 tahun dan gajinya masih sama sampai saat ini.

"Gaji saya hanya Rp300.000 sebulan. Padahal sudah 13 tahun saya mengabdi di sekolah ini hanya sebagai pegawai honorer," katanya, kepada wartawan, di Waingapu, Sumba Timur.

Ia menceritakan, pada awalnya dia hanyalah lulusan SMA yang dimintai sekolah itu untuk mengajar karena kekurangan guru.

Poduloya, saat itu pun mengaku siap dan mengajar di kelas 1 SD di sekolah itu berdasarkan arahan dari buku yang telah disiapkan.

"Jadi waktu mengajar, karena saya hanya lulusan SMA, saya asal mengajar saja. Saya tidak tahu waktu itu metode-metode mengajar," ujarnya.

Namun karena seiring perjalanan waktu diapun mulai belajar sambil mengajar sehingga akhirnya bisa mengajar dengan metode mengajar yang diharapkan sekolah itu.

Dalam perjalanan, dia ingin meningkatkan kompetensinya.Ia melanjutkan kuliah dengan mengambil jurusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) jarak jauh yang sudah ia mulai sejak 2006 dan selesai pada 2013.

Namun sampai dengan saat ini ia mengaku belum mendapatkan kesempatan untuk diangkat menjadi PNS pemerintah setempat.

Sama seperti Poduloya, maka Kartini, seorang guru SD di sekolah yang sama, pun mengaku saat ini gaji honor yang ia terima sedikit berbeda dengan Mardiana.

"Gaji saya Rp550.000 perbulan, dan ini sudah sejak 2005 lalu. Tetapi bagi saya ini masih sangat kurang karena harus kuliah lagi mengambil jurusan PGSD dengan biaya perbulan Rp750.000 padahal gaji hanya Rp550.000," katanya.

Lebih berat lagi karena dia harus membiayai hidup dari empat orang anaknya. Dan suaminya hanya bekerja sebagai buruh pelabuhan.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terpaksa iapun harus berjualan kue agar bisa membayar kuliahnya dia dan iuran sekolah anaknya. 

Dedikasi mereka mengajar sejak belasan tahun lalu sudah cukup menggambarkan loyalitas mereka. Salah satu yang sangat mereka harap adalah mereka diangkat menjadi PNS.

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018