Jakarta (ANTARA News) - Komisaris Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Sahala Lumban Gaol menyebut opsi perpanjangan rute kereta cepat Jakarta-Bandung hingga ke Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat, akan masuk tahap berikutnya dari proyek tersebut.

Sahala seusai rapat koordinasi di Kemenko Kemaritiman Jakarta, Selasa, menyambut baik usulan tersebut meski menilai rute baru tersebut akan cukup pelik terealisasi karena panjangnya lintasan dan besarnya investasi yang dibutuhkan.

"Perpanjangan ke Kertajati, kalau dari KCIC `welcome` (menyambut) saja, tapi itu cukup panjang. Tapi kita selesaikan saja dulu ini (rute awal) sebagai tahap pertama, nanti kita bangun ke sana," katanya.

Sahala beralasan, memperpanjang lintasan hingga lebih dari rute awal dikhawatirkan akan memberatkan investor. Terlebih, jarak dari titik akhir lintasan di Tegalluar hingga ke Kertajati bisa mencapai 60 km.

Staf Khusus Menteri BUMN yang merangkap Chairman PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), pemegang saham mayoritas KCIC, itu menilai ketimbang terhubung dengan Bandara Kertajati, akan lebih menarik jika transportasi massal itu terlebih dahulu terhubung ke Bandara Soekarno Hatta di Cengkareng, Banten.

Pasalnya, rute kereta cepat dari kawasan Bandara Halim Perdanakusuma dinilai strategis jika terhubung dengan bandara terdekat.

Baru setelah itu, dari titik perhentian akhir kereta di Tegalluar, disambung lagi jalurnya hingga ke Kertajati.

"Kalau dari Halim ke Bandara Soekarno Hatta itu sangat bagus. Kalau sampai Kertajati saya rasa oke. Dibangun dari Halim ke Soekarno Hatta kemudian dari Tegalluar ke Kertajati," katanya.

Namun, Sahala mengaku diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk merealisasikan rencana tersebut.

"Jadi (tunggu) 142 km ini selesai jalan nanti. Langsung sambung dulu ke Soekarno Hatta dan selesaikan serentak langsung ke Kertajati mungkin saja," katanya.

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) berperan sebagai pengembang proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 142,3 kilometer.

Awalnya, proyek tersebut membutuhkan investasi sebesar 5,988 miliar dolar AS (sekitar Rp80,87 triliun, kurs Rp13.500). Namun, angka tersebut melonjak menjadi 6,071 miliar dolar AS (sekitar Rp81,95 triliun) karena biaya asuransi dan biaya lindung pinjaman terhadap volatilitas yang tak terduga atau?Debt Service Reserve Account?(DSRA).
 
Ada pun porsi pendanaan proyek tersebut terbagi dua, yakni 75 persen ditanggung China Development Bank (CDB) dan sisa 25 persen dari ekuitas pemegang saham KCIC.

Pemegang saham KCIC terdiri dari?lima badan usaha China sebesar 40 persen dan?empat perusahaan BUMN yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebesar 60 persen.

PSBI sendiri merupakan perusahaan yang merupakan gabungan dari empat BUMN yaitu PT Kereta Api Indonesia, PT Wijaya Karya, PTPN VIII dan PT Jasa Marga.

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018