Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak melemah sebesar 38 poin menjadi Rp13.598 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.560 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail di Jakarta mengatakan bahwa naiknya yield obligasi Amerika Serikat memicu pelaku pasar untuk melakukan akumulasi sehingga dolar AS mengalami apresiasi.

"Dolar AS bergerak menguat terhadap sejumlah mata uang utama dunia seiring naiknya yield obligasi Amerika Serikat," katanya.

Kendati demikian, lanjut dia, pergerakan rupiah relatif masih stabil menyusul lelang surat utang negara. Masuknya arus modal asing ke pasar primer obligasi negara dapat menjaga nilai tukar rupiah.

Sementara itu, Chief Market Strategist FXTM, Hussein Sayed mengatakan bahwa sebagian besar mata uang di kawasan Asia kesulitan mencari arah karena rendahnya likuiditas dan sentimen ekonomi yang relatif minim.

Selanjutnya, ia menambahkan, perhatian investor akan tertuju pada data pertumbuhan kredit Indonesia, data itu dapat memberi gambaran tentang perubahan total kredit dan sewa sepanjang bulan Januari.

"Kenaikan pertumbuhan kredit akan mendukung pertumbuhan PDB sehingga sentimen terhadap Indonesia dapat meningkat dan membuka peluang rupiah menguat," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (20/2) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.573 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.541 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018