Manila (ANTARA News) - Ebrahim Murad, pemimpin Front Pembebasan Islam Moro MILF, mengungkapkan para petempur asal Indonesia, Malaysia, dan Timur Tengah telah memasuki Filipina, termasuk seorang pria Timur Tengah berpaspor Kanada. Pria ini pergi ke basis kelompok militan Abu Sayyaf yang terkenal berkat reputasi penculikan dan pembajakannya, kata Murad.

Murad mengungkapkan para militan telah merekrut para petempur dari daerah-daerah terpencil muslim, dengan cara mengeksploitasi tertundanya legislasi undang-undang yang sejak lama diinginkan muslim Filipina, Bangsamoro Basic Law (BBL).

"Ekstremis-ekstremis ini masuk pesantren, mengajari kaum muda muslim tentang Alquran menurut versi mereka sendiri, dan beberapa di antaranya masuk universitas-universitas lokal untuk mempengaruhi mahasiswa, menanamkan bibit kebencian dan kekerasan," kata Murad.

Situasi ini akan makin merumitkan militer yang sudah harus bertarung di berbagai front di bagian selatan Pulau Mindanao, karena harus menghadapi para loyalis ISIS, bandit dan sekaligus pemberontak komunis.

Baca juga: Kalah di Timur Tengah, ISIS masuk Filipina

Mindanao sendiri sedang berada di bawah undang-undang keadaan darurat.

Militer Filipina mengungkapkan bahwa sisa-sisa aliansi militan yang pernah menduduki Marawi sedang berusaha mengkonsolidasikan diri dan menggunakan uang dan emas dari Marawi untuk merekrut anggota baru.

Pernyataan Murad ini sejalan dengan penaksiran Presiden Rodrigo Duterte yang bulan lalu mendesak DPR meloloskan BBL atau terbakarnya lagi perang dengan kaum separatis.

"Kita tak bisa menang perang melawan ekstremisme jika kita tidak memenangkan perdamaian di ruang Kongres," kata Murad seperti dikutip Reuters.

Baca juga: Filipina umumkan akhir pertempuran lawan afiliasi ISIS di Marawi

Pewarta: -
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018