....Semua produk kami dirancang dan dibuat di Indonesia, tepatnya di Bekasi, oleh putra-putra Indonesia. Semuanya sudah diuji mekanisme kerja dan tembak.”
Jakarta (ANTARA News) - Diam-diam, nama Bekasi dibicarakan lagi. Namun kini dalam konteks sangat positif, bahwa ternyata di sana ada pabrikan persenjataan perorangan bagi militer dan polisi nasional. Pabrikan senjata api itu bernama PT Komodo Armament Indonesia. 

“Made in Bekasi, Indonesia” dengan huruf embos warna putih tertera jelas dan tegas di hampir semua produk persenjataan yang mereka buat, yang diberi merek KOMODO. Logo produk mereka juga siluet kadal purba raksasa komodo (Varanus komodoensis).

“Lokasi pabrik kami ada di Jalan Raya Narogong, Bekasi. Kami mengoptimalkan kemampuan anak-anak muda Indonesia dan kualitas kerja mereka tidak kalah dengan yang dari luar negeri,” kata Kepala Humas PT Komodo Armament Indonesia, Ifan Triyanto, di Jakarta, Rabu petang. 

Bersama dengan sekitar 25 perusahaan swasta nasional yang bergiat di sektor pertahanan dan turunannya, perusahaan ini menggelar pameran sebagai bagian dari rapat luar biasa anggota Perhimpunan Industri Pertahanan Swasta Nasional. 

Ini adalah forum bagi BUMS di sektor pertahanan yang bersama-sama BUMN berkontribusi mewujudkan kemandirian sistem kesenjataan dan arsenal nasional. Mulai dari yang padat teknologi elektronika-avionika (di antaranya PT Infoglobal Teknologi Semesta), perkapalan dan sistem kesenjataan penunjang, hingga pencitraan satelit dan surveillance. 

Menurut Triyanto, kali ini mereka mengusung empat jenis senjata api perorangan, yaitu D5 Komodo Assault Riffle (senapan serbu perorangan kaliber 5,56 milimeter), Komodo P1-95 (pistol double action kaliber sembilan milimeter), D7 Komodo PMR SA Riffle (senapan serbu perorangan semi otomatik kaliber 7,62 milimeter), dan D7CH Komodo Sniper Riffle (senapan runduk kaliber 7,62 milimeter). 

“Kami hanya membawa sebagian saja. Semua produk kami dirancang dan dibuat di Indonesia, tepatnya di Bekasi, oleh putra-putra Indonesia. Semuanya sudah diuji mekanisme kerja dan tembak,” kata dia. 

Yang cukup luar biasa, kata dia, Kementerian Pertahanan sudah mengakuisi sebagian persenjataan yang mereka buat beberapa waktu lalu. 

“Kami juga tengah mengembangkan mesiu pengisi peluru berbagai kaliber yang diperlukan TNI dan polisi serta pihak lagi. Masih dalam pengembangan yang intens dan akan dapat diproduksi secara massal,” kata dia. 

“Yang lebih penting, semua bahan dan komponennya ada di dalam negeri. Jika ini terwujud maka bisa memberi sumbangan dalam upaya menuju kemandirian industri pertahanan nasional,’” kata dia. 

Pembelian dan pemakaian sistem persenjataan oleh pihak yang berwenang di dalam negeri merupakan hal yang didambakan para pebisnis sistem persenjataan swasta nasional. 

Sebelumnya, CEO PT Infoglobal Teknologi Semesta, Adi Sasongko, secara terpisah, menyatakan, dukungan dari negara ini sangat penting bagi kemandirian industri pertahanan nasional yang dilakukan BUMS di sektor pertahanan. Selama ini, kata dia, BUMS di sektor pertahanan, berjibaku sedemikian rupa untuk mencapai kualitas mutu yang setinggi mungkin. 

“Untuk mencapai kematangan, suatu produk harus terus dicoba, diuji, dan disempurnakan. Semua itu diperlukan agar produk dan sistem itu bisa lebih sempurna. Karena itulah, produk-produk yang BUMS di sektor pertahanan ini hasilkan harus didukung pemerintah,” kata dia. 

Dia katakan, BUMS di sektor pertahanan Indonesia selalu berusaha untuk bisa meraih segmen pasar yang selama ini dinikmati produsen sistem pertahanan dari luar negeri. Dia memberi ilustrasi bahwa kandungan dalam negeri semua komponen produk dan sistem yang mereka buat itu mencapai 79 persen. 

Adapun produk PT Infoglobal Teknologi Semesta yang berkantor pusat di Surabaya, diuji kandungan dalam negerinya. Semuanya ada tiga sistem dan dua produk avionik. Mereka adalah Sistem Pengawasan Situasi Wilayah Darat Laut dan Udara, Sistem Kendali Kesenjataan (66,53 persen), dan Sistem Misi Taktis (59,05 persen). 

Masih ada lagi sistem avionik INFOGLOBAL EEI (Electronic Engine Indicator) yang berfungsi untuk menampilkan data mesin pesawat terbang (kandungan dalam negerinya 50,84 persen). Sedangkan INFOGLOBAL Flight Navigation Display yang berfungsi menampilakan data navigasi pesawat terbang (51,82 persen). 

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018