Sungai Citarum memiliki peran yang sangat strategis. Selain mengaliri areal irigasi untuk pertanian seluas 420.000 hektare, juga menjadi urat nadi kehidupan 28 juta masyarakat. Kalau tidak sinergis, apapun programnya, Citarum akan tetap seperti ini.
Bandung (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo akan mencanangkan Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum di Situ Cisanti, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, pada Kamis (22/2).

Situ Cisanti adalah hulu dari Sungai Citarum dan pencanangan ini sekaligus akan menjadi payung hukum dalam pelaksanaan program dan kegiatan secara integral di Sungai Citarum.

"Dalam pencanangan tersebut, Pak Presiden Joko Widodo akan melakukan penanaman secara simbolis diikuti penanaman oleh masyarakat tani sebanyak 1.000 pohon," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat Anang Sudarna dalam siaran pers Biro Humas Setda Provinsi Jawa Barat, Rabu.

Pada acara tersebut, kata Anang, juga akan digelar dialog public dan kegiatan pameran yang akan diisi oleh stakeholder yang terlibat langsung dalam upaya pengelolaan Sungai Citarum.

"Kegiatan massal diperlukan untuk membangun kembali semangat menjaga lingkungan dan menumbuhkan budaya cinta sungai. Akan hadir sekitar 3.000 orang dari kalangan pemerintah, baik pusat, provinsi, hingga kabupaten. Juga kalangan industri, tokoh masyarakat, penggiat lingkungan hidup, dan akademisi," kata dia.

Anang menjelaskan, kondisi Sungai Citarum yang semakin tercemar memang memerlukan sinergitas program dan kegiatan di jajaran pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Sebab, kata dia, Sungai Citarum sepanjang 269 kilometer itu, mengalir di 12 wilayah administrasi kabupaten/kota itu, telah menjadi sumber penghidupan bagi 28 juta masyarakat di Jawa Barat dan sumber air minum untuk masyarakat di Jakarta, Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan Bandung.

"Sungai Citarum memiliki peran yang sangat strategis. Selain mengaliri areal irigasi untuk pertanian seluas 420.000 hektare, juga menjadi urat nadi kehidupan 28 juta masyarakat. Kalau tidak sinergis, apapun programnya, Citarum akan tetap seperti ini. Kuncinya adalah integrasi semua kementerian, lembaga, pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan kota," ujar Anang.

Dia menambahkan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat sudah banyak membuat program dan kegiatan untuk menanggulangi pencemaran dan kerusakan Citarum seperti Gerakan Citarum Bergetar dan diteruskan dengan Gerakan Citarum Bestari.

Kedua kegiatan itu melibatkan semua pihak dengan pendekatan struktural, non struktural dan kultural.

"Namun hasilnya belum optimal, Sungai Citarum masih tercemar. Kini, pemerintah pusat memberikan perhatian penuh dengan melibatkan TNI AD, Kepolisian dan seluruh lapisan masyarakat dengan Gerakan `Citarum Harum Bestari`," kata Anang.

Ia menjelaskan, Gerakan Citarum Harum Bestari difokuskan kepada perubahan pola pikir, sikap dan perilaku untuk menjaga lingkungan yang sebelumnya sudah dirintis pula oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat melalui program Kampung Berbudaya Lingkungan/ Eco Village.

Untuk kegiatan itu, TNI telah bekerja keras melestarikan sungai Citarum dengan melibatkan seluruh personil sebanyak 3.024 orang yang dibagi dalam 22 sektor dan kegiatan yang dilakukan seperti penghijauan, pengendalian pencemaran dari domestik dan industri, penanggulangan sampah dan lainnya.

"Ternyata apa yang kita lakukan mendapat perhatian dari presiden. Presiden pun mencanangkan `Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum`. Tujuannya supaya penanganan Citarum dapat diselesaikan oleh semua level pemerintahan maupun seluruh masyarakat dari hulu sampai hilir," kata dia.

Tidak hanya itu, saat ini juga sedang disusun Raperpres Penataan DAS Citarum yang merupakan payung hukum dalam pelaksanaan program dan kegiatan secara integrasi.

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018