Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Sosial meluncurkan beberapa program dengan melibatkan partisipasi dari masyarakat setempat di Agats Kabupaten Asmat, Papua sehingga tumbuh kemandirian dalam jangka panjang setelah terjadinya Kejadian Luar Biasa campak dan gizi buruk.

"Hal itu diperlukan terutama dalam rangka pemulihan, perawatan dan pengembangan kehidupan berkelanjutan melalui pemberdayaan masyarakat Asmat secara partisipatif agar tumbuh kemandirian dalam jangka panjang," kata Mensos dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Kamis.

Mensos menjelaskan program tersebut yaitu Program Keluarga Harapan (PKH), pembentukan Taruna Siaga Bencana (Tagana), pembentukan Kampung Siaga Bencana (KSB), program Kearifan Lokal (Riflok) dan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT).

Untuk PKH, Kemensos telah merekrut secara offline sebanyak 46 pendamping dan dua operator, sehingga pendamping yang ada saat ini sebanyak 50 orang dan tiga operator.

Mereka sudah diberikan bimbingan teknis singkat terkait pengetahuan umum tentang PKH, tata cara validasi data dan pengisian formulir validasi.

Para pendamping bersama tim dari pusat sudah melaksanakan validasi data pada 19 kampung di 19 Distrik, hasil validasi 2.755 KPM sedang dalam proses input data ke dalam Sistem Informasi Managemen PKH yang selanjutnya akan dibukakan rekening oleh bank penyalur BRI yang sudah tersedia di Agats.

Sebagai bentuk penyiapan masyarakat yang terlatih, lanjut Idrus, sebanyak 30 orang pemuda dari Distrik Agats sudah direkrut menjadi anggota Tagana dan dilatih dengan berbagai ilmu dasar penanggulangan bencana.

Seperti manajemen pengungsi, dapur umum, logistik dan dukungan psikososial. Sejak mengikuti latihan, para relawan tersebut sudah terlibat mendistribusikan bantuan logistik ke seluruh Distrik yang terkena KLB campak dan gizi buruk.

Kegiatan pelatihan Tagana Muda tersebut merupakan perwujudan penyiapan personil penanggulangan bencana yang berasal dari masyarakat sebagai bentuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana.

Selain itu juga telah dibentuk Kampung Siaga Bencana (KSB), masyarakat dikelompokkan dalam satu wadah kepengurusan dan diharapkan mampu melestarikan nilai kearifan lokal dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian untuk memgurangi ancaman dan dampak risiko bencana.

Penguatan Kearifan Lokal diberikan kepada dua kelompok dengan tujuan dapat menciptakan harmonisasi sosial di masyarakat,

"Diharapkan terjadi penguatan pranata adat di masyarakat, dalam bentuk kesenian lokal, tata adat lokal," harap Idrus.

Dengan Kearifan Lokal, dapat tercipta keberfungsian kearifan lokal yang dimiliki masyarakat dalam menjaga kerukunan antar warganya sehingga permasalahan atau perbedaan yang ada, tidak menjadi ancaman yang kemudian menjadi konflik sosial.

Program KAT sudah diluncurkan di Agats yang saat ini menjadi Ibukota Kabupaten Asmat sejak 1985.

"Tahun ini, sebanyak 37 KK di Kampung Soray Distrik Suatar Kabupaten Asmat akan mendapatkan bantuan pemukiman sosial, jaminan hidup, bantuan bibit, peralatan kerja dan perlengkapan rumah tangga," tambah Mensos.

Selain itu juga akan diberikan jaminan hidup tahun kedua kepada 80 KK, sehingga total bantuan KAT secara keseluruhan sebesar Rp3,1 miliar

Selain itu juga akan diberikan jaminan hidup tahun kedua kepada 70 KK, mereka adalah warga binaan di kampung seramit Distrik Pantai Kasuari sebanyak 40 KK dan Kampung Auban Distrik Kolf Braza sebanyak 30 KK.

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018