Georgetown (ANTARA News) - Guyana pekan ini mendirikan dua markas tentara di perbatasan perhutanan dengan Venezuela, negara yang sedang menderita, sebagai upaya untuk menggagalkan "penerobosan dan serbuan."

Pengetatan itu dilakukan Guyana, setelah langkah serupa lebih luas yang diambil negara-negara tetangganya --Kolombia dan Brasil, demikian seperti diwartakan Reuters.

Tentara-tentara Venezuela memasuki wilayah Guyana untuk mencari makanan sementara warga sipil berupaya mendapatkan pemenuhan kebutuhan medis serta menjual narkoba dan apa pun yang bisa mereka lakukan, kata pihak berwenang Guyana.

Guyana merupakan wilayah kecil bekas jajahan Inggris, dan terletak di bagian timur-laut Amerika Selatan.

Brasil dan Kolombia telah memperketat perbatasan dengan Venezuela awal bulan ini, saat mereka bergulat menghadapi peningkatan arus kedatangan ratusan ribu migran putus asa yang mengungsikan diri dari krisis ekonomi dan sosial yang memburuk.

Kolombia telah menerapkan pengendalian perpindahan penduduk secara lebih ketat dan mengerahkan personel keamanan. Sementara itu, Brasil mengerahkan lebih banyak pasukan serta mulai merelokasi puluhan ribu pengungsi Venezuela.

Sebagian besar perbatasan sepanjang 800 kilometer antara Guyana dan Venezuela merupakan daerah hutan.

Venezuela mengklaim dua pertiga wilayah Guyana. Sengketa itu baru-baru ini muncul kembali setelah ada penemuan minyak di perairan Guyana.

Dalam pernyataan, pemerintah mengatakan markas-markas tentara sudah didirikan di wilayah dekat perbatasan, di daerah yang dikeluhkan warga setempat sebagai lokasi "pertemuan mengerikan" dengan sebuah gerombolan dari Venezuela, yang dikenal sebagai Syndicatos.

Venezuela sedang mengalami krisis hebat di bidang perekonomian dan sosial.

Upah minimum di negara itu jatuh ke tingkat yang senilai dengan satu atau dua dolar per bulan di tengah inflasi sangat buruk serta keterbatasan barang-barang kebutuhan dasar.

Presiden Nicolas Maduro sedang berupaya untuk terpilih kembali dalam pemilihan pada 22 April. Ia kemungkinan akan menang dalam pemilihan itu mengingat kalangan oposisi telah memboikot pemilihan umum tersebut, yang mereka anggap curang dan tidak sah.

Pihak berwenang Venezuela tidak memberikan tanggapan atas permintaan untuk berkomentar.

(Uu.T008)

Pewarta: -
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018