Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia berdasarkan Survei Pemantauan Harga hingga pekan ketiga Februari 2018 memperkirakan inflasi di bulan kedua tahun ini 0,19 persen (bulan ke bulan/mtm) atau 3,2 persen (tahun ke tahun).

"Kita survei di 82 kota, Februari ini sampai pekan ketiga ada di kisaran 0,19 persen. Secara tahun ke tahun ada di 3,2 persen. Ini sesuai range," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Jumat, merujuk pada Survei Pemantauan Harga (SPH) BI yang dilakukan di 82 kota dengan sampel dua pasar di setiap kota.

Salah satu sumber tekanan inflasi nasional, menurut Agus, berasal dari kelompok harga pangan bergejolak (volatole foods) di Jawa dan Sumatera. Inflasi harga pangan bergejolak di Jawa dan Sumatera ini lebih tinggi dibandingkan periode sama tiga tahun lalu. Komoditas yang masuk dalam kategori ini antara lain beras, cabai merah dan bawang putih.

Bank Sentral ingin menjangkar inflasi pada kelompok ini di kisaran empat sampai lima persen (tahun ke tahun) pada 2018 guna mencapai sasaran inflasi nasional di kisaran 2,5 sampai 4,5 persen (tahun ke tahun).

"Di 2017 kita targetkan inflasi volatile foods sama, tapi realisasinya 0,71 persen. Jadi pencapaian bagus. Di 2018 kita mesti terus jaga," ujar Agus.

Pada 2018, Bank Sentral mengakui ada tekanan dari kenaikan harga minyak dunia yang bisa memicu kenaikan harga Bahan Bakar Minyak di kelompok tarif yang diatur pemerintah (administered prices).

Semula, BI memperkirakan harga minyak akan berada di kisaran 51 dolar AS per barel, meski asumsi makro untuk harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Oil Price/ICP) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 ditetapkan pada angka 48 dolar AS per barel.

Namun, dengan dinamika harga minyak dunia terkini, BI melihat rata-rata harga minyak akan berada di kisaran 60 dolar AS per barel.

"Kenaikan harga minyak dunia secara tidak langsung atau langsung bisa berdampak ke inflasi di Indonesia. Secara umum, BI masih percaya bahwa inflasi kita akan ada di kisaran target," ujar Agus.

Di sisi lain, ada perkiraan inflasi Februari meningkat meskipun masih terbatas. Ekonom DSB Bank Gundy Cahyadi memproyeksikan inflasi Februari secara tahunan sebesar 3,3 persen, lebih tinggi dibanding Januari 2018 yang sebesar 3,25 persen.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018