Jakarta (ANTARA News) - Hari masih pagi, ketika bus beranjak dari parkiran di samping Kedutaan Besar Hungaria di kawasan jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (21/2), lewat sedikit dari pukul 06.00 WIB, waktu yang dijadwalkan untuk berangkat.

Empat orang diplomat --sebagian bersama keluarganya-- dari perwakilan negara-negara sahabat di Jakarta, antusias mengikuti perjalanan yang baru dimulai tersebut.

Mereka adalah Wakil Duta Besar Afghanistan Zalmai Wafamal beserta istri dan ketiga anaknya, Malaika, Mina dan Armand, Konsul dari Kedutaan Besar Azerbaijan Emil Ahmadov beserta istri dan anaknya, Diplomat Senior Kedutaan Besar Usbekistan Alisher Kayumov beserta istri, dan Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Iran Mahdi Abolghasemi.

Meraka menuju Garut, kota kabupaten di Jawa Barat yang jarak tempuhnya dari Jakarta sekitar 216 km, atau akan memakan waktu perjalanan sekitar empat hingga lima jam.

Menjelang tengah hari, rombongan tiba di Garut.

Dinas Pariwisata Kabupaten Garut yang mengundang mereka untuk datang ke kota dodol tersebut telah menyiapkan jamuan makan siang di satu resort terkenal di daerah Samarang, Garut.

Di sana, rombongan bus tersebut bergabung dengan satu diplomat lainnya, Direktur Periwisata Malaysia untuk Indonesia Roslan Othman yang sudah tiba di Garut lebih dulu bersama istrinya dengan kendaraan pribadi.

Acara jamuan makan siang tersebut tidak semata-mata hanya menikmati hidangan yang sebagian besar menu masakan Indonesia --Masakan ala Barat hanya diwakili sup krim dan roti baget yang disiapkan bagi mereka yang belum terbiasa dengan masakan Indonesia.

Namun nyatanya mereka tidak ragu mencicipi hidangan khas Indonesia khususnya Sunda seperti mi kocok, sambal dan lalapan, tahu bacem, dan cumi-cumi asam manis serta rujak buah.

Para tamu tersebut juga disuguhi penampilan kesenian tradional Sunda. Jadi sambil makan, mereka dihibur oleh alunan musik gamelan dengan suara sinden yang mendayu. Kadang diselingi tarian jaipong yang rancak, bahkan mendapat kesempatan untuk mencoba tarian pergaulan tersebut.

Tiga diplomat, kecuali Roslan dan Mahdi, tanpa ragu maju untuk mengikuti gerakan-gerakan yang diajarkan penari jaipong yang lincah gemulai. Pada akhir acara jamuan makan itu, para diplomat juga mendapat kesempatan menjajal salah satu alat musik tradional, seruling. Mereka masing-masing diberi satu seruling dan diajari bagaimana memainkannya. Seruling tersebut juga menjadi suvenir yang boleh mereka bawa pulang.

Setelah perut terisi, rombongan melanjutkan perjalanan menuju taman mawar yang tidak jauh dari lokasi makan siang. Sayangnya setiba mereka di tujuan, hujan deras turun sehingga acara menikmati hamparan bunga mawar di area seluas 5 hektar yang juga terdapat penginapan itu, urung dilakukan.

Karenanya mereka langsung menuju pemberhentian selanjutnya, yaitu dua pusat kerajinan khas yang terdapat di Garut, kerajinan akar wangi dan kulit. Berbagai karya kerajinan seperti tas, taplak, tempat tisu, stoples dan pernak pernik lucu dari bahan akar wangi, serta dompet, sabuk, tas, sepatu dan jaket kulit, siap menggelitik "nafsu" belanja mereka.

Hasilnya, beberapa kerajinan tersebut sukses berpindah tangan untuk mereka bawa pulang ke Jakarta.

Malam harinya para diplomat negara sahabat itu menghadiri gala dinner yang diselenggarakan pemerintah daerah setempat.

Para diplomat mampir ke Candi Cangkuang dalam perjalanan menuju Jakarta. (ANTARA News/Fitri Supratiwi)


Naik andong

Pada hari kedua, pagi-pagi para diplomat sudah siap di lobi hotel tempat mereka menginap. Mereka akan mengikuti pawai budaya Hari Jadi Garut ke-205 bersama Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Mereka mengikuti pawai dengan menaiki andong atau kereta kuda menuju Lapangan Ciateul, tempat acara Gebyar Pesona Budaya Garut dipusatkan.

Acara Gebyar Pesona Budaya Garut yang banyak menampilkan kesenian dan budaya daerah setempat itu bertujuan untuk lebih memperkenalkan Garut sebagai salah satu destinasi wisata Tanah Air, agar lebih banyak menarik wisatawan khususnya dari mancanegara.

Para diplomat tampak menikmati berbagai kesenian yang ditampilkan oleh beberapa komunitas seni dan budaya, masyarakat adat serta perwakilan dari berbagai daerah di Garut. Ada pula perwakilan dari beberapa provinsi di luar Jawa Barat seperti Lampung dan Yogyakarta. Mulai dari tari-tarian yang indah hingga atraksi semacam debus yang membuat ngilu yang melihatnya, mereka lahap semua.

Seusai acara yang memakan waktu hampir setengah hari itu, rombongan para diplomat bertolak kembali ke Jakarta, setelah sebelumnya rehat makan siang terlebih dahulu. Dalam perjalanan menuju Jakarta mereka menyempatkan diri mampir ke satu-satunya candi Hindu yang berada di Tatar Sunda yakni Candi Cangkuang.

Meski sudah tampak lelah, para diplomat tetap antusias menaiki rakit menuju candi yang terletak di Kampung Pulo di tengah danau di Kecamatan Leles, Garut tersebut. Mereka juga serius mendengar penjelasan dari pemandu wisata yang menjelaskan keberadaan candi yang sejarahnya belum banyak diketahui itu.  

Seusai berkeliling di Candi Cangkuang, usai juga perjalanan dua hari para diplomat itu di Garut. Hari mulai senja ketika bus beranjak dari pelataran parkir lokasi candi untuk kembali ke Jakarta.

"Perjalanan yang menarik dan menyenangkan," ujar Wakil Duta Besar Afghanistan Zalmai Wafamal saat dimintai komentar mengenai perjalanan tersebut.

Ia mengatakan, perjalanan itu merupakan satu cara untuk mengenal bagian lain dari Indonesia dengan lebih cepat, dibanding jika mereka berusaha sendiri mengenal Indonesia yang beragam itu.

"Tiga hingga empat tahun waktu kami bekerja di sini, tidak akan cukup untuk mengeksplorasi Indonesia, ini adalah cara yang bagus Anda membantu memperkenalkan Indonesia," ujar Emil Ahmadov, Konsul dari Kedutaan Besar Azerbaijan.

"Sangat menyenangkan bagi kami bisa berkeliling Garut," lanjut dia.

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018