..., tapi jika orang mulai berpikir untuk mempromosikan kontrol senjata, saya tidak setuju karena senjata itu adalah bagian dari olahraga, sebuah gaya hidup...
Sunrise, Florida, AS (ANTARA News) - Reanna Frauens, seorang gadis remaja penggemar senjata api dan anggota klub olahraga menembak Markham Skeet, Trap and Sporting Clays Club, hampir sebaya dengan usia rata-rata 17 remaja yang menjadi korban penembakan di sebuah sekolah di Florida beberapa waktu lalu.

Tapi berbeda dengan kebanyakan remaja yang lolos dari maut, Frauens yang masih berusia 16 tahun itu menilai bahwa gerakan yang dilakukan oleh pelajar yang menuntut kontrol ketat terhadap senjata api, justru akan menjadi ancaman terhadap hak-haknya yang dilindungi Konstitusi AS.

"(Penembakan) itu memang tragedi yang mengerikan, tapi jika orang mulai berpikir untuk mempromosikan kontrol senjata, saya tidak setuju karena senjata itu adalah bagian dari olahraga, sebuah gaya hidup dan tidak banyak orang yang menyadarinya," kata Frauens, anggota Asosiasi Senjata Nasional (NRA) seperti dilansir Reuters.

NRA adalah sebuah organisasi yang cukup berpengaruh secara politik dan mendukung Donald Trump dalam pemilihan presiden.

Baca juga: Trump ngotot guru harus dipersenjatai

Kekhawatiran Frauens, sebagaimana halnya yang juga disampaikan oleh remaja lainnya anggota klub olahraga menembak itu di Sunrise, Florida, sangat bertolak belakang dengan rekan-rekannya pelajar yang sedang melobi pemerintah dan anggota parlemen agar diberlakukan pembatasan ketat terhadap pemilikan senjata api.

"Kami memiliki tradisi berburu di keluarga, dan mendengar orang-orang ingin memperlakukan pembatasan terhadap pemilikan senjata api terdengar tidak realistis," kata Frauens.

Menurut Frauens, setiap usaha untuk melarang pemilikan senjata seperti jenis senjata serbu semiotomatis AR-15 yang digunakan untuk menembaki murid-murid di sekolah itu, adalah pelanggaran terhadap hak untuk memiliki senjata api yang dilindungi undang-undang.

Yayasan NRA, sebuah organisasi amal, sudah lama tergantung pada dana hibah untuk membiayai program-program agar mendapat dukungan dari generasi muda AS.

Sebagian besar dari dana lebih dari 335 juta dolar AS dialokasikan untuk mendanai program olahraga menembak sejak 1990.

Baca juga: Murid SMP ajari Donald Trump: Tirulah Australia

Nikolas Cruz, 19 tahun, menuduh bahwa pembunuhan dari Marjory Stoneman Douglas High School di Parkland, Florida, adalah ulah dari salah satu anggota klub yang dipecat dari sekolah.

Cruz menilai bahwa terlalu dini untuk menduga bahwa kampanye pelajar tersebut adalah meraih kemenangan di AS.

Hasil jajak pendapat memperlihatkan bahwa penembakan yang terjadi di banyak sekolah dalam dua dekade terakhir, gagal membuat anak muda AS mendorong upaya kontrol ketat terhadap kepemilikan senjata, dibandingkan dengan orang tua atau kakek-nenek mereka.

Juliana Horowitz, direktur Pew Research Center mengatakan, sikap terhadap kontrol senjata mempunyai korelasi sangat kuat dengan afiliasi politik dan apakah seseorang itu tinggal bersama sebuah keluarga yang memiliki senjata, bukan masalah usia.

"Setidaknya pada remaja usia 18-29 sekarang ini, kami tidak melihat adanya perbedaan pandangan bila dibandingkan dengan kaum yang lebih tua di AS," kata Horowitz.

Baca juga: FBI akui gagal bertindak dalam penembakan sekolah Florida, picu kemarahan

Sementara itu sebuah jajak pendapat yang dirilis oleh Marist College Institute Untuk Opini Publik, Jumat lalu atau sembilan hari setelah peristiwa Parkland, menemukan bahwa tiga perempat warga AS percaya bahwa pelajar akan mendapatkan dampak dari reformasi kepemilikan senjata.

Dan 85 persen menyatakan keyakinan bahwa cara pandang kandidat terhadap kepemilikan senjata api akan berpengaruh terhadap suara mereka pada pemilu sela pada November mendatang.

Pada situasi saat ini, sebagian anggota Klub Markham merasa seperti orang yang dipersalahkan. Mereka menganggap diri mereka bertanggung jawab ada kepemilikan senjata api dan tidak adil jika dihubung-hubungkan dengan insiden penembakan di Parkland.

Akibatnya, Damien Creller yang masih berusia 12 tahun, enggan untuk berbicara tentang hobinya tersebut dengan rekan-rekan sekelasnya sejak peristiwa itu.

"Orang-orang sepertinya menyalahkan kami," katanya.

(A032)

Pewarta: Antara
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018