Serang (ANTARA News) - Ketua MPR Hidayat Nurwahid mengusulkan mata pelajaran agama dan akhlak juga diuji dalam Ujian Nasional (UN), agar kualitas moral anak didik dan para pendidiknya menjadi baik. "Mestinya agama dan akhlak mulia diujikan dalam UN, tidak hanya Bahasa Indonesia, Matematika dan Bahasa Inggris saja," kata Nurwahid pada acara inthifal (kelulusan) dan peletakan batu pertama pembangunan asrama Pondok Pesantren Al-Mansyur Darunnajah 3 di Serang, Kamis. Menurut Nurwahid, masih banyak anak didik (siswa) di luar Pondok pesantren yang melakukan aksi hura-hura seperti corat-coret seragam dan konvoi dijalan-jalan usai menerima kelulusan, yang mencerminkan lemahnya moralitas dan akhlak serta membuktikan gagalnya sistem pendidikan di Indonesia. Selain itu, kata dia, meskipun kebijakan pelaksanaan UN sudah terlanjur, akan tetapi sistem UN perlu diperbaiki supaya para guru, pengawas, pejabat dinas pendidikan tidak memaksakan diri dengan segala cara supaya anak didiknya bisa lulus UN, dan tidak perlu merasa malu bila ada siswanya yang tidak lulus. Oleh sebab itu, menurut Nurwahid, pola pendidikan seperti di pesantren sangat baik karena ada keseimbangan antara pendidikan umum yang ditopang dengan pendidikan agama dan akhlak yang melahirkan siswa-siswi yang bermoral dan berakhlak baik. Sebagai buktinya, kata dia, hampir tidak pernah terdengar ada tawuran antar santri atau antar pondok pesantren, dan tidak pernah mendengar ada korupsi di pesantren, atau tidak ada siswa yang meneror guru, membakar sekolah atau gantung diri karena tidak lulus UN. Hadir dalam kesempatan tersebut, Asda III Pemprov Banten Hidayat Djohari mewakili Gubernur Banten Rt Atut Chosiyah, Wakil Bupati Serang Andi Sudjadi, Dewan Tanfidz dan Pendiri Pondok Pesantren Darunnajah KH Mahrus Amin, Pimpinan Ponpes Darunnajah 3 KH Mustopa Hadi serta para tamu undangan.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007