Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak melemah sebesar 66 poin menjadi Rp13.745 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.679 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa The Fed yang memberikan sinyal untuk menaikan suku bunganya pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Maret nanti membuat permintaan dolar AS meningkat.

"Sentimen The Fed membuat minat investor terhadap aset mata uang berisiko, termasuk rupiah menurun. Akibatnya, dolar AS mengalami apresiasi," katanya.

Ia menambahkan bahwa pelemahan sejumlah mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah juga terpengaruh data makroekonomi Tiongkok, dimana aktivitas sektor manufaktur dan non manufaktur pada Februari yang di bawah estimasi.

Baca juga: IHSG Rabu ditutup melemah tipis 1,70 poin



Analis Lotus Andalan Sekuritas, Krishna Dwi Setiawan menambahkan bahwa Bank Indonesia yang melakukan penjagaan di pasar membuat fluktuasi nilai tukar rupiah relatif masih kondusif.

"Rupiah masih kondusif, diperkirakan pelemahannya hanya jangka pendek, karena bukan dipicu kondisi fundamental ekonomi kita, ekonomi kita masih kondusif. Bank Indonesia juga melakukan penjagaan di pasar," katanya.

Menurut dia, cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2018 yang tercatat 131,98 miliar dolar AS, dinilai cukup mampu untuk meredam kekhawatiran pasar terhadap tekanan yang datang dari eksternal.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (28/2) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.707 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.650 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018