London (ANTARA News) - Kecintaan sejumlah warga Rusia terhadap Indonesia tetap tertanam dalam jiwanya dan tidak pudar ditelan waktu, Indonesianis yang sudah dekat dengan Indonesia sejak era tahun 1950-an memiliki kenangan tersendiri tentang Indonesia.

Kerinduan yang mendalam kepada Indonesia tercurahkan saat para Indonesianis berkumpul di Wisma Duta KBRI Moskow, demikian Sekretaris Pertama Fungsi Pensosbud KBRI Moskow, Enjay Diana kepada Antara London, Kamis.

"Saya sangat gembira bisa hadir dan berkumpul dalam pertemuan ini dan terkenang saat-saat saya berada di Indonesia puluhan tahun yang lalu," kata Gennady Asinkritov yang khusus datang dari kota Tver, sekitar 170 km arah utara Moskow.

Gennady Asinkritov yang kini berusia 85 tahun salah satu dari 40 Indonesianis yang bernostalgia tentang Indonesia di Wisma Duta. Dia pernah bertugas di Indonesia sebagai perwira-instruktur Angkatan Laut Soviet. Tugas pertamanya tahun 1959 selama 1,5 bulan dalam misi pengiriman kapal perang Uni Soviet dan melatih Angkatan Laut Indonesia, dan kedua tahun 1962 di Surabaya selama delapan bulan.

Sementara itu Alexey Drugov pernah bertugas di Indonesia tahun 1962-1964 sebagai penterjemah di pasukan militer Uni Soviet dan juga mengajar bahasa Indonesia di Institut Ketimuran Moskow menawarkan diri saat Gennady Asinkritov berbincang-bincang dengan Dubes Wahid. "Biar saya menerjemahkan sekalian mengenang saat-saat muda ketika jadi penerjemah dan bertugas di Indonesia," kata Alexey Drugov.

Sedangkan Galina Estrina mengenang kakeknya Aleksander Estrin dan neneknya Anna Smotritskaya saat tinggal di Indonesia awal tahun 1920 yang kembali ke Rusia membawa lebih dari 1.500 koleksi foto-foto dan benda kerajinan dari berbagai wilayah Indonesia, seperti Jawa, Buru, Seram, Bali, Sumatera, Maluku, Sulawesi dan Lombok.

Aleksander Estrin memberikan koleksi kepada Peter the Great Museum of Anthropology and Ethnography (the Kunstkamera) di St. Petersburg dan menjadi koleksi dan dipamerkan di Museum tersebut. Saat ini benda-benda koleksi tersebut masih ada di Museum Kunstkamera, namun tidak lagi dipamerkan karena keterbatasan tempat.

Dikatakannya, ia ingin mengabadikan koleksinya dengan penyusunan buku yang sedang disiapkan. "Diharapkan buku tersebut dapat terbit dalam waktu dekat," ujar Galina Estrina kepada Dubes RI untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus, M. Wahid Supriyadi .

Di antara Indonesianis lainnya, hadir pula mereka yang pernah bertugas di Indonesia sebagai diplomat, seperti Vladimir Plotnikov menghabiskan waktunya di Indonesia lebih dari 20 tahun dengan jabatan terakhir Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh. Selain itu, ada juga Vladlen Sigayev yang menjadi penerjemah pada pertemuan pejabat tinggi Uni Soviet dengan pejabat tinggi Indonesia, termasuk Presiden Soekarno.

Marina Frolova, pengajar bahasa Indonesia di Institute of Asian and African Studies (ISAA), Moscow State University (MGU) sebagai salah satu Indonesianis generasi baru mengatakan ISAA terus mempersiapkan generasi baru yang mempelajari bahasa dan kajian Indonesia. Pada tahun akademik baru akan dibuka lagi kelas bagi mahasiswa baru.

Dubes Wahid menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada para Indonesianis yang telah memberikan kontribusi besar dalam mengembangkan hubungan bangsa Indonesia dan Rusia.

"Diharapkan peran aktif mereka untuk lebih memperkenalkan Indonesia di Rusia. ?Kami memiliki banyak program dan kegiatan, seperti pekan kuliner Indonesia pada akhir April 2018 dan Festival Indonesia ketiga 3-5 Agustus mendatang di Moskow. Keterlibatan Indonesianis dalam kegiatan KBRI Moskow sangat penting," demikian Dubes Wahid.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018