Surabaya (ANTARA News) - Pemerintah Kota Surabaya melakukan pembinaan terhadap para pelaku Usaha Kecil dan Menengah warga sekitar eks lokalisasi Dolly dan Jarak, yang pemasarannya dipusatkan di pusat oleh-oleh Dolly Saiki Point.

Pembinaan tersebut, kata Camat Sawahan M. Yunus, dilakukan sejak awal proses produksi hingga penjualan.

"Secara periodik mereka juga kami kumpulkan. Tujuannya untuk evaluasi, seperti ketika ada kesulitan kami wadahi mereka, dan kami sampaikan ke dinas terkait," kata Yunus di Surabaya, Kamis.

UKM warga sekitar eks lokalisasi Dolly dan Jarak, sebagian besar mengarah pada industri sandal dan sepatu serta batik.

Untuk industri sandal dan sepatu omzetnya bisa mencapai sekira Rp30 juta hingga Rp40 juta per bulan, dengan jumlah produksi sebanyak 300 buah per hari. Sementara untuk usaha batik omzetnya bisa mencapai Rp17 juta hingga Rp28 juta per bulan.

"Saat ini yang ramai itu pesanan untuk sandal hotel. Sekitar 10 hotel di Surabaya yang pesan. Sementara untuk pesanan yang paling jauh dari Sorong, Papua," katanya.

Baca juga: Eks lokalisasi Dolly Surabaya jadi kawasan produktif

Baca juga: Dolly saat ini




Yunus mengungkapkan akan ada pengembangan industri UKM baru lagi di sekitaran bangunan gedung yang dulu ditempati hiburan malam Wisma Barbara mengingat banyaknya pesanan mengharuskan peningkatan produksi.

"Lokasinya nanti ada di belakang bekas bangunan eks Wisma Barbara, sudah kami tawarkan ke beberapa warga dan mereka sangat begitu antusias," katanya.

Menurut Yunus, sejak lokalisasi Dolly dan Jarak ditutup empat tahun silam oleh Pemkot Surabaya, kawasan itu kini menjadi produktif.

"Eks lokalisasi Dolly dan Jarak ini mengalamani banyak perubahan baik dari aspek sosial maupun ekonomi," katanya.

Menurut dia, eks lokalisasi Dolly dan Jarak saat ini mulai banyak berkembang salah satunya dari segi ekonomi yang dibuktikan adanya beberapa usaha industri kreatif yang mulai berkembang di kawasan tersebut.

"Pastinya ini memberikan dampak yang positif bagi perekonomian warga sekitar," katanya.

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018