Surabaya (ANTARA News) - Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) Marsekal Muda TNI Imran Baidrus mengatakan spektrum ancaman di wilayah udara semakin luas, sehingga pembangunan kekuatan udara harus dilakukan secara maksimal.

"Karena itu pembangunan kekuatan udara selain didukung alutsista modern radar dan kesiapan tempur memadai, juga regulasi pendukung seperti PP No4/2018 tentang pengaturan pesawat udara negara asing dan pesawat udara sipil asing," katanya saat melakukan kunjungan ke Pusat Pendidikan dan Latihan Pertahanan Udara Nasional (Pusdiklathanudnas) di Surabaya, Selasa.

Pangkohanudnas mengatakan pengembangan kekuatan udara nasional dilakukan sesuai dinamika lingkungan strategis yang dihadapi, termasuk mengembangkan Pusdiklathanudnas agar para peserta didik dapat langsung menerapkan ilmu yang dipelajari.

Ia mengatakan keberadaan Pusdiklathanudnas sangat penting, khususnya menghasikan sumber daya manusia yang mumpuni untuk mengawaki sistem pertahanan udara nasional.

"Kurikulum dan materi ajar, misalnya, diperbaharui secara periodik disesuaikan kebutuhan serta dinamika lingkungan strategis yang berkembang. Ini harus dilakukan karena perkembangan lingkungan strategis terus berkembang secara cepat. Karena itu kesiapan sumber daya manusia dan infrastruktur yang ada harus cepat menyesuaikan," katanya, menegaskan.

Imran mengingatkan letak wilayah udara Indonesia yang sangat strategis diantara dua benua dan dua samudera tengah berkembang pesat sebagai bagian penting dari wilayah Pasifik yang paling padat di dunia.

"Dengan perkembangan lingkungan strategis yang begitu dinamis dan cepat, maka tantangan tugas Pusdiklathanudnas semakin berat semakin, semakin kompleks. Perkembangan teknologi juga semakin cepat, termasuk perkembangan sistem senjata musuh. Pusdiklathanudnas harus memiliki inovasi untuk menghasilkan SDM yang siap di lapangan," katanya.

Komandan Pusdiklathanudnas Kolonel Pnb Mokh Mukhson mengatakan pihaknya menyelenggarakan 12 hingga 14 program pendidikan yang masing-masing diikuti 20 orang peserta didik, dengan lama pendidikan 1 hingga 5 bulan.

"Untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan, juga didukung beberapa peralatan seperti simulator Air Defence Battle Trainning System (ADBTS) dan EWS," katanya.

Segala peralatan tersebut, tambah Mukhson, di-upgrade kemampuannya secara periodik.

Pewarta: Rini Utami
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018