Moskow/Beirut (ANTARA News) - Militer Rusia menawari pemberontak Suriah keluar selamat dari Ghouta timur, menetapkan kesepakatan dengan oposisi menyerahkan markas besar terakhirnya di dekat Damaskus itu kepada Presiden Bashar al-Assad.

Kementerian pertahanan Rusia mengatakan bahwa pemberontak dapat pergi dengan keluarga dan senjata pribadi mereka melalui jalur aman dari Ghouta timur, tempat pasukan pemerintah dengan dukungan Moskow membuat kemajuan cepat dalam serangan sengit.

Tawaran Rusia tersebut tidak menyebutkan ke mana pemberontak tersebut akan pergi, namun persyaratan tersebut mengingatkan kesepakatan sebelumnya dengan gerilyawan, yang menyerahkan tanah kepada Assad dan diberi jalan aman ke wilayah lain kekuasaan oposisi di dekat perbatasan Turki.

"Pusat Rujuk Rusia menjamin kekebalan semua petempur pemberontak, yang mengambil keputusan meninggalkan Ghouta timur dengan senjata pribadi dan bersama keluarga mereka," kata pernyataan kementerian pertahanan tersebut.

Kendaraan akan "disediakan dan seluruh jalur dijaga", tambahnya.

Juru bicara salah satu kelompok pemberontak utama di Ghouta timur, Failaq al-Rahman, mengatakan bahwa Rusia "mendesak eskalasi militer dan menerapkan pemindahan paksa" kepada masyarakat Ghouta timur, di mana Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengatakan sekitar 400 ribu orang menetap di sana.

Tentara Suriah telah menduduki lebih dari sepertiga daerah kantong dalam beberapa hari ini, mengancam untuk membaginya menjadi dua. Tentara tersebut telah terdesak meski Barat menuduh bahwa mereka telah melanggar gencatan senjata.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan bombardir pemerintah yang sengit pada Ghouta timur telah menewaskan 780 orang sejak 18 Februari, membuat perang yang paling mematikan tersebut memasuki tahun kedelapan.

Assad mengatakan pada Minggu bahwa tentara Suriah akan terus mendesak ke Ghouta timur, wilayah lahan pertanian dan kota-kota di luar Damaskus yang telah dikepung pasukan pemerintah sejak 2013.

Banyak penduduk sipil telah melarikan diri dari garis depan ke Kota Douma.

Assad dan sekutu-sekutunya menganggap kelompok pemberontak yang menduduki Ghouta timur sebagai teroris, dan mengatakan sebuah resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menuntut gencatan senjata di seluruh negara tersebut tidak berlaku untuk serangan terhadap mereka.

Pertempuran Ghouta timur mengikuti pola yang digunakan di daerah lain yang direbut kembali oleh pemerintah sejak Rusia memasuki perang di pihak Assad pada 2015, dengan pengepungan, pemboman dan serangan darat akhirnya memaksa pemberontak setuju untuk pergi.

Bagi pemberontak, yang bertempur untuk mengusir Assad, kehilangan Ghouta timur menandai kekalahan terberat mereka sejak pertempuran di Aleppo pada akhir 2016 dan mengakhiri kemampuan mereka membidik ibu kota. Pemberontak di Damaskus membunuh puluhan orang selama dua minggu terakhir, demikian media pemerintah setempat, demikian Reuters.

(Uu.KR-DVI/B002)

Pewarta: SYSTEM
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018