Perserikatan Bangsa-Bangsa (ANTARA News) - Dalam pidato menyambut Hari Perempuan Sedunia, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres berbicara mengenai ketidaksetaraan dan diskriminasi terhadap perempuan, yang dia sebut berbahaya bagi semua orang.

"Kita tahu bahwa pelecehan seksual dan kekerasan terjadi di tempat kerja, tempat umun, bahkan di rumah, di negara-negara yang membanggakan diri mereka atas rekam jejak kesetaraan gender," kata Guterres, dikutip dari laman kantor berita Xinhua, Kamis.

Menyoroti pemberdayaan perempuan sebagai hal penting dalam Agenda Pengembangan Berkelanjutan 2030, ia menilai kesetaraan gender merupakan isu hak asasi manusia.

Mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan menjadi "pekerjaan yang belum selesai" dan "tantangan HAM terbesar di dunia", perlu penanganan untuk mengatasi ketidakseimbangan kekuatan bersejarah yang mendasari diskriminasi dan eksploitasi.

Lebih dari satu miliar perempuan kekurangan perlindungan hukum dalam menghadapi kekerasan domestik. Menurut data PBB, kesenjangan gender secara global sebanyak 23 persen, angkanya menjadi 40 persen di pedesaan. Sementara pekerja perempuan yang tidak dibayar tidak diketahui jumlahnya.

"Kami di PBB, berdiri bersama semua perempuan di seluruh dunia dalam perjuangan mereka menghadapi ketidakadilan," kata dia.

"Kami sekarang mencapai keseimbangan gender, untuk pertama kalinya, dalam tim manajemen senior saya. Dan saya ingin mendapatkannya di seluruh organisasi. Saya berkomitmen untuk toleransi nol terhadap pelecehan seksual dan berencana memperbaiki pelaporan dan akuntabilitas".

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018