Jombang (ANTARA News) - Ketua Majelis Keluarga Tebuireng KH Muhammad Hasyim Karim terkenang dengan sikap rendah hati Nyai Aisyah Hamid Baidlowi, yang bahkan tidak segan meminta maaf pada keluarga yang lebih muda usianya.

"Ketika bertemu dalam acara Ulang Tahun Emas Pernikahan Gus Sholah pada pertengahan Februari, beliau masih meminta maaf karena tidak bisa lama-lama di acara pernikahan anak saya," katanya dalam rilis yang diterima, Kamis malam.

Ia juga menambahkan, Nyai Aisyah secara usia memang sudah sepuh. Namun, almarhumah sangat perhatian kepada keluarga besar KH Hasyim Asy`ari. Bahkan, almarhumah juga sempat hadir dalam pesta pernikahan anaknya.

"Beberapa bulan yang lalu, beliau masih menyempatkan diri menghadiri undangan pernikahan anak saya di Jombang," ujar pria yang akrab disapa Gus Aying ini.

Gus Aying juga mengaku sempat menjenguk almarhumah saat sakit. Saat itu, Nyai Aisyah kondisinya sudah tidak dapat diajak komunikasi. Namun, ia tetap memberikan doa yang terbaik dan kesembuhan, namun Tuhan berkata lain.

"Malam sebelum wafatnya Nyai Aisyah, saya masih sempat menjenguk. Meski kondisi beliau sudah tidak dapat diajak berkomunikasi, saya lihat wajah beliau sangat teduh. Beliau orang baik dan insya Allah husnul khatimah," ujarnya.

Nyai Hj Aisyah Hamid Baidlowi adalah putri kedua dari KH Wahid Hasyim. Ia adalah adik kandung mantan Presiden Gus Dur dan kakak dari KH Salahuddin Wahid, KH Umar Wahid, Nyai Lily Chodijah Wahid, dan KH Hasyim Wahid. Perempuan dengan segudang prestasi dan pengabdian ini wafat di usia 78 tahun.

Almarhumah merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU periode 1995-2000. Beliau wafat pada Kamis (8/3) di Rumah Sakit Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan, sekitar pukul 12.50 WIB. Saat ini, jenazah masih disemayamkan di rumah duka, Jalan Bukit Pratama Raya A.9 Pasar Jumat, Lebak Bulus.

Selain mengemban jabatan Ketua Umum PP Muslimat NU, Nyai Aisyah juga pernah menduduki Ketua Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) 1990-1995, Anggota DPR RI tiga periode (1997-2009), Pengurus Dewan Pimpinan MUI (1995-2000), Ketua Umum DPP Pengajian Al-Hidayah (2000-2010), dan Ketua Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional (1999-2013).

Sebelum wafat, Nyai Aisyah sempat mengeluh sesak nafas. Ia akhirnya dirawat di rumah sakit tersebut sejak Minggu (4/3). Almarhumah meninggalkan lima orang anak dan 15 cucu.

Semasa hidupnya, ia juga sangat aktif berorganisasi. Saat ini, jenazah disemayamkan di Perum Bukit Pratama Blok A No. 9, Lebak Bulus Jakarta Selatan. Jenazah Nyai Aisyah akan diterbangkan ke tanah kelahirannya pada Jumat (9/3) pagi dan akan dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng Jombang, Jawa Timur, setelah salat Jumat.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018