Sampit, Kalimantan Tengah (ANTARA News) - Usai menyambar seorang warga Desa Ganepo, Kecamatan Seranau Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, buaya kembali muncul di sekitar lokasi.

"Buayanya cukup besar, terlihat dari kepalanya yang mucul. Kami minta masyarakat lebih berhati-hati. Hindari beraktivitas di sungai pada sore hingga subuh. Biasanya yang rawan sambaran buaya itu mulai sekitar pukul 17.00 WIB," kata Direktur Polairud Polda Kalimantan Tengah, Komisaris Besar Polisi Badarudin, di Sampit, Jumat.

Badarudin mengunjungi Jumi (49), korban sambaran buaya di Desa Ganepo. Kebetulan rumah Jumi dan lokasi kejadian sambaran buaya tepat di seberang sungai dari Markas Komando Direktorat Polairud Polda Kalimantan Tengah, di Desa Pelangsian, Kecamatan Mentawa Baru, Kabupaten Ketapang.

Badarudin prihatin atas insiden yang dialami Jumi. Badarudin juga mengingatkan Jumi dan warga lainnya untuk lebih berhati-hati saat beraktivitas di sungai karena potensi serangan buaya meningkat, diduga karena sedang musim kawin.

Usai berkunjung dan hendak menuju dermaga untuk pulang, Badarudin dan rombongan dikagetkan dengan kemunculan buaya besar di lokasi berjarak sekitar 150 meter dari dermaga. Buaya berukuran besar itu berenang menuju pepohonan di pinggir sungai.

Badarudin yang mengemudikan kapal perahu karet bermotor mencoba mendekati buaya untuk memperhatikan lebih jelas. Di saat bersamaan, tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah yang dipimpin Komandan Pos Jaga Sampit, Muriansyah, juga datang dan mendekati buaya menggunakan perahu tradisional.

Terganggu dengan kedatangan manusia, buaya besar itu kemudian tenggelam. Namun tidak berapa lama, buaya itu muncul lagi namun lokasinya cukup jauh.

"Buaya itulah yang menggigit saya sore kemarin. Memang di sekitar sini sering muncul buaya, tapi jenis buaya capit yang mulutnya panjang. Kalau buaya besar yang menggigit itu mungkin yang dari kawasan sungai Remiling karena sebelumnya sering muncul di sana," kata Jumi.

Jumi masih trauma mendekati sungai. Dia juga masih merasakan sakit pada tangan kiri dan kanannya yang sempat dicakar dan digigit buaya. Untuk mempercepat kesembuhan, dia menaburkan bubuk tradisional yang diyakini dapat menghilangkan bisa bekas cakaran dan gigitan buaya.

Saat kejadian sekitar pukul 18.00 WIB, Kamis (8/3), Jumi yang masih mencuci pakaian, kesulitan berdiri karena baju panjangnya yang sebagian terendam, diduga tersangkut kayu. Namun setelah dilihat ke air, ternyata bajunya bukan tersangkut kayu, melainkan digigit buaya.

Jumi langsung berusaha melompat menjauh, namun tangan kirinya kena cakar buaya sehingga menderita luka. Buaya kemudian menggigit tangan kanan korban, untungnya terhalang kayu lanting sehingga meski digigit, Jumi berhasil selamat karena buaya tidak bisa menariknya ke dalam sungai.

Usai kejadian itu, buaya besar tersebut masih muncul berkeliaran di sekitar lanting tempat Jumi tadinya disambar buaya. Jumi bersyukur berhasil selamat dari maut.

Kasus sambaran buaya di Sungai Mentaya makin sering terjadi. Desember 2017 lalu terjadi dua kali sambaran buaya, untungnya korbannya berhasil selamat. Sebelumnya, kasus sambaran buaya di Sungai Mentaya sudah beberapa menyebabkan korban jiwa, bahkan sebagian jenazah korban tidak ditemukan lagi.

Pewarta: Norjani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018