Edmonton, Kanada, 9/3 (ANTARA News) - Tiga belas kota di seluruh dunia diproyeksikan mengalami kenaikan suhu hingga bisa lebih dua derajat celsius pada dasawarsa berikutnya, menurut sebuah laporan baru.

Ibu kota Rusia, Moskow, menghadapi peningkatan potensi tertinggi di antara lebih dari 100 kota yang masuk dalam laporan yang dibuat selamz beberapa tahun oleh Jaringan Penelitian Perubahan Iklim Urban yang berbasis di Columbia University.

"Semuanya mengkhawatirkan," ujar William Solecki, salah satu editor penelitian tersebut kepada Thomson Reuters Foundation pada Selasa di sebuah pertemuan iklim yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Kota-kota yang akan mengalami kenaikan suhu paling curam selama tahun 2020 antara lain Helsinki di Finlandia (2,5 derajad celsius), Ottawa di Kanada (2,3 derajad celsius) dan Trondheim di Norwegia (2,3 derajad celsius), penelitian tersebut menunjukkan.

Semua prediksi termasuk untuk batas bawah. Misalnya, suhu di Moskow bisa meningkat sedikitnya 1,1 derajad celsius.

Data baru tersebut memberikan pengetahuan dasar bagi kota-kota yang berada di garis depan dalam upaya untuk mengendalikan dampak pemanasan global, kata Cynthia Rosenzweig, editor laporan dan peneliti Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Temuan baru tersebut muncul di rancangan laporan PBB yang telah menyebabkan kewaspadaa dengan proyeksi bahwa kenaikan suhu global melampaui target 1,5 derajad celsius yang disertakan dalam pakta Paris untuk mengurangi pemanasan global.

Selain itu, para ahli mengatakan bahwa badai, banjir dan kejadian cuaca ekstrem lainnya yang terkait dengan perubahan iklim dapat terjadi di kota-kota dengan dampak yang melebihi perkiraan para ilmuwan.

"Bagaimana kota-kota tahu agar mereka harus mengembangkan rencana ketahanan mereka, kecuali jika mereka tahu proyeksi suhu, bagaimana iklim seharusnya berubah di kota mereka?" kata Rosenzweig saat konferensi pers.

Hasil penelitian yang beragam menawarkan sebuah pengingat bahwa kota perlu mengembangkan rencana yang disesuaikan untuk mengurangi dampak perubahan iklim, kata Solecki, seorang profesor di Hunter College di New York.

Perencanaan sangat penting mengingat adanya tekanan dari urbanisasi, katanya.

Sekitar setengah populasi dunia tinggal di daerah perkotaan, dan angka tersebut diperkirakan mencapai 66 persen pada tahun 2050, menurut PBB.

Laporan baru ini diluncurkan di kota Edmonton, Kanada barat, di sela-sela puncak pertemuan global di mana para peneliti dan perencana kota membuat peta jalan bagi kota-kota untuk melawan dampak perubahan iklim, demikian dilaporkan Thomson Reuters Foundation.

(Uu.SYS/R029/G003)

Pewarta: SYSTEM
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018