Ini sedang negosiasi langsung, karena tidak ada pihak ketiga maka kami harapkan bisa dapat harga spesial."
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyatakan sedang bernegosiasi dengan perusahaan minyak dan gas bumi (migas) Sonatrach Oil asal Aljazair untuk menjajaki kemungkinan impor LPG.

"Ini sedang negosiasi langsung, karena tidak ada pihak ketiga maka kami harapkan bisa dapat harga spesial," kata Arcandra di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa.

Arcandra mengatakan nantinya bentuk kerja sama tersebut akan langsung dengan PT Pertamina melalui skema "business to business" (b to b), sedangkan pemerintah berperan membantu melancarkan negosiasi tersebut.

Pada penjajakan sebelumnya ditemukan harga LPG senilai 1 dolar AS per MMBTU di Aljazair, namun harga tersebut untuk pemenuhan masyarakat domestik di Aljazair, bukan harga yang dilempar ke pasar internasional.

"Mereka punya pipa untuk mengalirkan gas dari Aljazair ke Spanyol. Itu 10 persen dari `crude oil` atau minyak mentah. Artinya 6 dolar AS per MMBTU biayanya, jadi 1 dolar untuk ekspor itu tidak mungkin," ucap Arcandra.

Namun demikian, kalau seandainya perusahaan migas nasional bisa mendapatkan kontrak yang harganya lebih murah daripada harga gas dalam negeri, maka pemerintah mempersilahkan Pertamina untuk tetap impor.

"Infrastruktur silakan dibangun dan `plain gate` di bawah dari 14,5 persen dari aturan yang ada. Silakan impor jika harganya lebih murah," ujarnya.

Dalam pertemuan tersebut, Arcandra juga menceritakan hasil kunjungan ke beberapa negara (Amerika Serikat, Prancis, dan Aljazair). Ia menjelaskan bahwa investor Amerika Serikat, mengapresiasi skema bagi hasil atau "Gross Split" yang diterapkan di Indonesia.

"Mereka pada dasarnya mengapresiasi, baik Gross Split maupun penyederhanaan perizinan yang saat ini sedang diterapkan di Indonesia," tutur Wamen Arcandra.

Arcandra menyebutkan utamanya Murphy Oil yang terlihat antusias dengan iklim investasi minyak dan gas bumi (migas) yang sedang ia promosikan.

"Kalau langkah nyata memang belum ada, tapi kebanyakan menyatakan ingin mempelajari lebih lanjut mengenai penyederhanaan perizinan, karena memang baru-baru saja diumumkan," kata Arcandra.

Dalam rangka menawarkan investasi Skema Gross Split dan reformasi perizinan migas Indonesia, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar sebelumnya melakukan kunjungan kerja ke Houston, Texas, Amerika Serikat.

Pada kunjungan yang berlangsung sejak tanggal 6 Maret 2018 ini, ia bertemu pimpinan perusahaan minyak dan gas bumi (migas), menjadi pembicara tunggal di CERAWeek, menjadi Panelis dalam Ministerial Dialogue hingga menjadi pembicara di Rice University`s Baker Institute for Public Policy.

Arcandra juga bertemu Chief Operating Officer (COO) British Petroleum (BP) North Amerika, William Lin, di kantor BP. Saat bertemu dengan William Lin, Arcandra menyampaikan tentang 26 Wilayah Kerja (WK) Minyak dan Gas Bumi (Migas) yang baru saja dilelang pertengahan bulan Februari 2018 lalu.

Dalam pertemuan tersebut BP dengan advanced technology-nya, tertarik melihat potensial WK di Indonesia. Pada kesempatan ini, BP juga menunjukan "value creation" dari investasi mereka yang sebesar Rp1 triliun untuk pengembangan "digital technology", "high performance computing center", yang mendukung pengembangan bisnis BP.

Usai pertemuan tersebut, Arcandra menuju kantor Murphy Oil untuk bertemu dengan Chief Executive Officer (CEO) Murphy Oil, Roger Jenkins.

Dalam pertemuan ini, Roger Jenkins menyampaikan apresiasi terhadap pemerintah Indonesia yang telah melakukan reformasi peraturan yang atraktif bagi investor.

Perubahan kebijakan fiskal dan penghapusan sejumlah peraturan di kementerian ESDM telah menjadikan Indonesia semakin ramah bagi investor.

"CEO Murphy juga akan mereview kembali portofolio investasi mereka, termasuk penawaran 26 wilayah kerja yang baru di buka di Indonesia. Ini adalah langkah positif mengingat Murphy telah keluar dari investasi di Indonesia pada 2015 lalu," jelas Arcandra.

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018