Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Tim Paralayang Pengurus Besar Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) mampu membuat formasi tiga digit di udara dan nyaris sempurna membentuk formasi 007 secara penuh, ketika 27 atlet paralayang mengudara di kawsan pantai bukit Timbis di Nusa Dua, Bali. "Kami kemarin hanya mampu membuat formasi pertama membentuk angka tujuh, dilanjutkan membuat angka 0 dan 0, dan saya pikir itu sudah merupakan usaha yang maksimal mengingat kondisi angin kencang yang ada di kawasan ini," kata Ketua bidang Paralayang PB FASI, Djoko Bisowarno, di Bali, Minggu. Gambaran tersebut juga diperkuat oleh instruktur terbanglayang yang ikut dalam event tersebut Lilik Dharmono, yang mengatakan dari udara formasi tiga digit tersebut sudah sempat terjadi. "Kami pertamakali terbang di udara membuat tiga digit, lalu membentuk 0 dan 0 lagi, memang kalau secara selintas dari bawah orang memandang kejadian itu tidak terlalu kentara, karena itu terjadi hanya beberapa detik saja," kata Lilik. Dalam penerbangan membentuk formasi 007 itu Lilik, didampingi enam pilot paralayang lainnya; Agus Ariyanto, Yustira ramadhan, Dr Elisa, Jimmy Leowardi, Terang Ukur Bukit dan Agung Priyo Jatmiko. Selain itu, PB FASI juga menorehkan prestasi memecahkan rekor menerbangkan paralayang terbanyak 77, dimana mereka telah memecahkan rekor sebelumnya yang dibuat lima tahun lalu, tepatnya pada 3 Agustus 2002 yang dilakukan oleh Kwarda Pramuka Malang, Jatim yang telah menerbangkan 47 paralayang di Batu, Malang. "Hari ini kami menyerahkan sertifikat MURI kepada PB Fasi sebagai pemrakarsa pemecahan rekor terbanglayang ini, dan kami juga menyerahkan sertifikat untuk PT Telkom sebagai penyelenggara event tersebut," kata perwakilan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia MURI Ariani Siregar seusai lepas landasnya atlet paralayang Jatim Sofian yang menjadi atlet ke-77 yang lepas landas dari pantai bukit Timbis tersebut. Perwakilan MURI mengatakan, bagi MURI rekor terbanglayang terbanyak ini merupakan rekor MURI yang ke-2627 dan rekor itu termasuk kategori "paling". (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007