Bantul (ANTARA News) - Mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Buya Syafii Maarif mengatakan kejadian pembakaran gazebo dan karpet mushola di wilayah Desa Jambidan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, susah difahami.

"Ini menurut saya kok aneh, susah difahami, ini apa?," kata Buya Syafii seusai mengunjungi dan melihat gazebo yang terbakar di komplek Mushola Fatturahman Desa Jambidan, Kecamatan Banguntapan, Bantul, Rabu.

Di wilayah Desa Jambidan, Banguntapan Bantul dilaporkan telah terjadi pembakaran karpet Mushola Fatturahman dan gazebo di halaman TPA (Taman Pendidikan Alquran) Faturrahman yang diduga dilakukan oleh orang tak dikenal pada Minggu (11/3) malam.

Menurut Buya, upaya pembakaran karpet di rumah ibadah dan gazebo tersebut di luar dugaan dan di luar nalar, sebab di komplek kejadian tersebut merupakan tempat anak-anak belajar Alquran yang tidak tahu apa-apa.

Baca juga: Polisi tangkap dua perusak kaca masjid di Tuban

"Ini kan ada anak-anak di sini, tidak ada politik, ini mungkin mengacau atau iseng, tetapi kalau iseng memang keterlaluan, kok yang dibakar itu gazebo," kata Buya.

Oleh karena itu, lanjut Buya Maarif, kepolisian setempat harus bisa mengusut tuntas pelaku pembakaran karpet dan gazebo mushola di Banguntapan ini, mengingat kejadian serupa pernah terjadi di wilayah Banguntapan.

"Sebulan lalu juga terjadi di gereja (wilayah Kabupaten Sleman), kita tidak tahu ini jaringan mana, kita berharap polisi bisa bergerak cepat dan mengungkap kasus ini serta menangkap pelaku kejadian," katanya.

Bahkan, kata dia, pelaku pembakaran mushola tersebut jangan sampai terbunuh, namun ditangkap hidup-hidup agar aparat kepolisian bisa menginterogasi lebih lanjut apakah ada jaringan, atau keterkaitan dengan kasus-kasus sebelumnya.

"Pelaku agar ditangkap jangan disakiti atau dibunuh, agar bisa diinterogasi untuk diusut sampai ke akar-akarnya, apakah ini pemain tunggal seperti yang di Gereja Lidwina Sleman atau tidak kita tidak tahu," kata Buya.

Baca juga: Orang bersenjata tajam mengamuk di Gereja Jambon
 

Pewarta: H. Sidik
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018