Dalam 100 tahun ke depan, kita akan memulai petualangan terbesar dalam hidup kita. Nasib kita ada di bintang-bintang
Jakarta (ANTARA News) - Stephen Hawking mendapatkan tempat dalam memori kolektif manusia sebagai pakar astrofisika jenius, seorang komunikator sains yang inspiratif dan teladan atau role-model baik untuk kaum difabel maupun tidak difabel.

Smithsonian Channel akan menayangkan salah satu penampilan dokumenter terakhir Hawking 1 April nanti dalam tayangan perdana "Leaving Earth: Or How to Colonize a Planet" di Amerika Utara.

Hawking mengawali film ini dengan sebuah prediksi dan peringatan bahwa "Saya yakin manusia harus meninggalkan Bumi dan membangun tempat tinggal baru di planet lain. Kita harus melakukannya sekarang sebelum kemanusiaan diambil alih oleh bencana yang tidak bisa kita antisipasi dan kendalikan."

Film ini kemudian mengeksplorasi yang harus dilakukan manusia untuk mencapai tugas yang dirancang Hawking sebelum kita: mulai dari menemukan planet yang bisa ditempati kehidupan sampai membuat sistem peluncuran yang bisa membawa manusia ke lokasi-lokasi ini, bukan dalam hitungan ribuan tahun, namun puluhan tahun.

Namun mencapai planet baru hanyalah sepotong dari tantangan yang dihadapi manusia dalam mengeksplorasi ruang angkasa, sebut film itu. Awak perintis akan melewati perjalanan antariksa bertahun-tahun yang akan menuntut keprimaan mental dan fisik manusia.

Baca juga: Stephen Hawking meninggal dunia

Setelah petualangan yang melelahkan ini, para awak perintis itu akan memulai tugas sejati mereka, yakni membangun masyarakat di sebuah dunia baru yang tidak gampang. "Dibutuhkan lebih dari sekadar penjelajah untuk mengkolonisasi sebuah planet," kata Hawking.

Untuk menciptakan koloni yang bisa mempertahankan dirinya sendiri, para astronot perlu membangun habitat, mengembangbiakkan pertanian dan tambang serta memproses sumber daya. Mungkin robotlah yang mempersiapkan lokasi demi menyambut datangnya para penjelajah awal ruang angkasa.

Membangun koloni di ruang angkasa membutuhkan kecerdasan yang luar biasa, tetapi film dokumenter itu menunjukkan bahwa kecerdasan adalah sumber daya dimiliki manusia secara berlimpah ruah.

Sepanjang film tentang Hawking yang ikonik itu, suara digital mengilhami harapan dan keyakinan kepada semua yang mendengarkannya ketika dia mendesak warga dunia untuk menyalakan lagi inovasi dan ambisi berlomba di ruang angkasa.

"Rasa ingin tahu alamiah spesies kita adalah yang mendorong kita untuk menjejak planet-planet jauh," kata dia dalam laman Spae.com. "Dalam 100 tahun ke depan, kita akan memulai petualangan terbesar dalam hidup kita. Nasib kita ada di bintang-bintang."

Baca juga: Mengenal "suara ciptaan komputer" yang jadi trademark Stephen Hawking
 

Pewarta: System
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018