Washington (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis pada Kamis menuding Iran tengah berupaya mencampuri pemilihan umum parlemen di Irak yang akan digelar pada Mei mendatang.

Dalam pemilu tersebut, Perdana Menteri Haider al-Abadi menjadi calon kuat untuk kembali berkuasa setelah sukses menghalau kelompok bersenjata ISIS dengan bantuan Amerika Serikat.

Pemilu itu akan menentukan siapa pemimpin Irak selama empat tahun mendatang, saat Baghdad harus membangun ulang kota-kota yang hancur oleh perang, mencegah tumbuhnya ekstrimisme, dan menyelesaikan persialan sektarian yang sering menyebabkan konflik.

Di antara penantang Abadi adalah mantan Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mantan Menteri Transportasi Hadi al-Amiri. Keduanya dikenal dekat dengan Pemerintahan Iran.

Mattis tidak mengungkap siapa calon yang akan didukung oleh Iran. Namun dia mengatakan bahwa Pemerintah Teheran melakukan campur tangan dengan mengirim sejumlah uang untuk memengaruhi politik dalam negeri Irak.

"Kami mempunyai bukti mengkhawatirkan bahwa Iran tengah berupaya memengaruhi, dengan menggunakan uang, pemilu di Irak," kata Mattis kepada sejumlah wartawan saat terbang kembali ke Washington usai mengunjungi sejumlah negara Timur Tengah dan Afghanistan.

"Uang itu digunakan untuk membeli suara. Namun jumlahnya tidak banyak, dan mungkin tidak akan berpengaruh besar," kata dia seperti dilaporkan Reuters.

Hingga kini tidak ada komentar balasan dari Iran.

Mattis membandingkan aksi Iran dengan Rusia, yang dituding oleh pihak intelejen Amerika Serikat telah mencampuri pemilu presiden Amerika Serikat tahun 2016 dengan mendukung Donald Trump.

Rusia membantah tudingan tersebut.

"Iran mengikuti contoh dari Rusia," kata Mattis.

Dia menolak menjawab pertanyaan apakah upaya Iran itu akan berhasil, atau apakah Iran berusaha untuk menggulingkan Abadi.

Dalam persoalan lain, Mattis mengatakan bahwa kunjungannya ke Afghanistan dan Timur Tengah telah mengkonfirmasi kekhawatirannya mengenai aktivitas Iran di kawasan, termasuk di antaranya adalah memperburuk situasi di Suriah dan membantu gerilyawan di Afghanistan.

Amerika Serikat juga menuding Iran telah berkontribusi pada perang saudara di Yaman sehingga berpotensi berkembang menjadi konflik regional, dengan menyuplai persenjataan canggih kepada gerilyawan Houthi.

Mattis mengatakan bahwa Iran telah menggunakan Yaman sebagai uji coba persenjataan mereka.

"Di sana bisa ditemukan radar dan rudal milik mereka. Kami juga menemukan ranjau dari Iran," kata dia.

 

Pewarta: SYSTEM
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018