Jakarta (ANTARA News) - Sebuah perusahaan penganalisis data yang bekerja untuk Tim Sukses Donald Trump pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2016 dan kampanye memenangkan Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa, diketahui telah memanen jutaan profil pengguna Facebook yang menjadi pemilih Amerika Serikat pada Pemilu 2016.

The Guardian menyebut skandal ini sebagai salah satu pembobolan data terbesar perusahaan raksasa IT tersebut yang hasilnya dimanfaatkan untuk membuat program software canggih  yang bisa memprediksi dan mempengaruhi pilihan orang di kotak suara Pemilu.

Seorang whistleblower mengungkapkan kepada surat kabar Inggris The Observer mengenai bagaimana perusahaan bernama Cambridge Analytica yang dimiliki miliarder pengelola dana Robert Mercer dan dikepalai mantan penasihat utam Trump bernama Steve Bannon itu memanfaatkan informasi pribadi yang didapat tanpa izin pada awal 2014 untuk membangun sistem yang bisa memprofilkan para pemilih AS sehingga menjadi sasaran iklan politik pribadi tim sukses Trump.

Christopher Wylie, yang bekerja untuk Universitas Cambridge guna mendapatkan data itu berkata kepada The Observer: "Kami mengeksploitasi Facebook untuk memanen jutaan profil orang. Dan membangun model-model untuk mengeksploitasi apa yang kami ketahui soal profil-profil itu dan membidik lingkaran terdalam profil-profil itu.  Itu adalah basis yang sepenuhnya dibangun perusahaan itu."

Dokumen-dokumen yang diperlihatkan kepada Observer yang kemudian dibenarkan Facebook, menunjukkan bahwa pada akhir 2015 perusahaan analisis data itu telah memanen data dalam jumlah tak terkira.  Saat itu perusahaan itu tidak mewanti-wanti pengguna dan hanya mengambil langkah seperlunya untuk mengamankan informasi pribadi milik 50 juta orang.

New York Times melaporkan bahwa salinan data yang dipanen Cambridge Analytica masih bisa ditemukan secara online, bahkan tim reportase mereka mendapati data mentahnya.

Baca juga: AS selidiki skandal manipulasi data puluhan juta Facebooker

Aplikasi thisisyourdigitallife

Data itu sendiri dikumpulkan oleh sebuah aplikasi bernama thisisyourdigitallife yang diciptakan oleh akademisi Aleksandr Kogan yang tidak ada kaitannya dengan profesi dia di Universitas Cambridge.

Melalui perusahaannya bernama Global Science Research (GSR), dengan kolaborasi Cambridge Analytica, ratusan ribu pengguna telah dibayar untuk menjalani tes kepribadian dan setuju memberikan data mereka untuk tujuan akademis.

Namun aplikasi ini juga ternyata mengumpulkan informasi mengenai teman-teman Facebook dari ratusan ribu yang dibayar untuk mengikuti tes tersebut. Akibatnya, perusahaan analisis data itu mendapatkan bonus data puluhan juta pengguna Facebook.

Kebijakan Facebook sendiri hanya membolehkan pengumpulan data teman dalam rangka meningkatkan pengalaman pengguna aplikasi itu dan dilarang menjual atau memanfaatkan data itu sebagai sasaran iklan.

Penemuan pemanenan data tak terhingga besar ini dan pemanfaatannya, telah membersitkan pertanyaan mengenai peran Facebook dalam menyasar pemilih pada Pemilihan Presiden AS 2016.

Temuan ini hanya beberapa pekan setelah pengacara khusus Robert Mueller yang menangani dugaan intervensi Rusia dalam Pemilu AS mengeluarkan dakwaan kepada 13 warga Rusia. Mueller juga  menuduh Rusia telah memanfaatkan Facebook untuk melakukan perang informasi terhadap Amerika Serikat.

Cambridge Analytica dan Facebook kini menjadi salah satu fokus penyelidikan data dan politik yang dilancarkan otoritas informasi Inggris, Information Commissioner’s Office.  

Terpisah,  KPU Inggris juga tengah mendalami peran Cambridge Analytica dalam referendum Brexit, demikian The Guardian.

Baca juga: Cambridge Analytica di pusat skandal manipulasi jutaan data Facebooker


 

Pewarta: SYSTEM
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018