Bukittinggi (ANTARA News) - Warga diminta segera melapor jika menemukan benda mencurigakan yang diduga sampah dari antariksa, kata Kepala Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Agam, Sumatera Barat Syafrijon.

"Bila ada benda diduga jatuh dari angkasa, segera lapor pada Lapan atau kepolisian terdekat. Sebaiknya hindari menyentuh langsung benda tersebut," katanya ketika dikonfirmasi di Bukittinggi, Selasa.

Imbauan itu ia sampaikan berkaitan dengan stasiun antariksa milik China, Tiagong-1, yang diluncurkan pada 2011 sudah tidak dapat dikontrol sejak 16 Maret 2016 dan berpeluang jatuh di wilayah Indonesia.

Peluang Indonesia dijatuhi serpihan satelit itu cukup besar karena pengaruh gravitasi mengingat wilayah Indonesia di posisi memanjang di garis khatulistiwa.

"Seluruh daerah di posisi 43 derajat Lintang Utara sampai 43 derajat Lintang Selatan berpotensi kejatuhan serpihan. Ketika mencapai ketinggian 120 kilometer akan kembali ke atmosfer bumi atau `re-entry`," katanya.

Ia menyebutkan bagian dari Tiagong-1 yang kemungkinan besar mencapai bumi karena tidak hancur ketika di atmosfer adalah tabung bahan bakar yang terbuat dari bahan yang kuat dan mengandung Hydrazine.

"Karena sifatnya korosif, berbahaya jika disentuh langsung. Oleh sebab itu jika warga menemukan benda dicurigai jatuh dari angkasa, jangan disentuh tapi langsung laporkan," ujarnya.

Diperkirakan Tiagong-1 "re-entry" pada 10 April 2018, namun masih dapat berubah tergantung kondisi kerapatan atmosfer yang dipengaruhi oleh aktivitas matahari dan geomagnet.

Makin rendah aktivitas matahari dan geomagnet, "re-entry" akan makin lama dari perkiraan.

"Karena ini stasiun antariksa, ukurannya cukup besar sehingga penting dilakukan monitoring ditambah dia berpeluang jatuh di wilayah Indonesia," katanya.

Informasi pemantauan terhadap stasiun antariksa milik China itu dapat diperoleh di akun twitter @OrbsatLAPAN atau Situs Pemantauan Realtime Benda Jatuh Antariksa Buatan di orbit.sains.lapan.go.id.
 

Pewarta: Irfan Taufik
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018