Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menegaskan tidak akan menghadiri Konferensi Khilafah Internasional yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Gelora Bung Karno Jakarta pada 12 Agustus mendatang. "Saya tak akan datang karena Nahdlatul Ulama dengan Hizbut Tahrir Indonesia memiliki perbedaan pandangan dalam konsep kebangsaan dan keindonesiaan," kata Hasyim di Jakarta, Senin. Hasyim merasa perlu memberi penegasan karena banyaknya pertanyaan dari dalam dan luar negeri, baik melalui PBNU maupun langsung ke dirinya sendiri, mengenai kehadirannya pada Konferensi Khilafah Internasional tersebut. Kehadirannya ditakutkan bisa memberi persepsi bahwa NU mendukung Khilafah Islamiyah yang dikampanyekan oleh HTI. "Sejak awal telah disampaikan kepada pihak pengundang, yaitu Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), mengenai ketidakhadiran saya mengingat pada waktu yang sama harus menghadiri acara di tempat lain," kata pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam, Malang, Jawa Timur, itu. Meskipun sama-sama berdakwah dan berjuang untuk menegakkan ajaran Islam, katanya, NU dan HTI memiliki pandangan yang mendasar tentang konsep kenegaraan. NU turut berjuang dalam upaya kemerdekaan Indonesia dan akan tetap mendukung tegaknya NKRI, sementara HTI berjuang mengembangkan Khilafah Islamiyah. "Gagasan dan pemikiran keagamaan NU memiliki beberapa perbedaan signifikan dengan gagasan dan pemikiran yang dikembangkan oleh Hizbut Tahrir. Sehingga tidak mungkin bagi kami untuk memberi support dalam acara tersebut, kendati NU tetap menjunjung tinggi ukhuwah dan keberagaman pemikiran," katanya. Sementara itu, sekretaris pribadi Hasyim, Ghozie Al-Fatih membenarkan pihaknya telah menerima undangan yang isinya meminta tokoh NU yang kini juga menjabat Sekjen ICIS dan Presiden WCRP itu menjadi salah satu pembicara dalam acara HTI tersebut. Namun, kata Ghozie, sejak awal Hasyim tidak berkenan hadir karena berbagai alasan. "Abah (Hasyim, red) memang tidak berkenan untuk hadir dalam acara tersebut," katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007