Saya hanya perlu perangkat, satu alat, yang disebut skimmer."
Banyuwangi (ANTARA News) - Kasus skimming belakangan kembali marak terjadi. Sejumlah nasabah bank melaporkan bahwa mereka kehilangan dana atau menjadi korban. Lalu, apa itu skimming? Dan, bagaiamana cara prosesnya?

Business Development Manager Kaspersky Lab Indonesia, Dony Koesmandarin, menjelaskan bahwa skimming adalah teknik untuk menduplikasi data dari kartu, baik kartu debit ATM, credit card, dan sejenisnya.

"Mereka umumnya menggunakan alat untuk membaca data data dari kartu itu yang biasa kita sebut sebagai skimmer," ujar Dony kepada ANTARA News saat dihubungi lewat sambungan telepon di Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu.

"Untuk skimming ini umumnya tidak melibatkan malware atau virus, namun lebih ke men-duplikasi atau meng-copy data pada kartu," sambungnya.

Baca juga: Wapres: Bank harus perbaiki sistem keamanan

Dony mengatakan bahwa teknik skimming sebetulnya bukan hal baru dalam dunia kejahatan siber.

"Seingat saya, delapan hingga sembilan tahun yang lalu sudah diungkap," katanya.

Namun, ia mengemukakan, teknik tersebut masih saja digunakan karena relatif lebih mudah.

Dony pun menganalogikan teknik tersebut dengan duplikasi kunci kendaran, yakni daripada merusak kunci untuk mencui kendaraan, akan lebih mudah melakukannya dengan menduplikasi kunci.

"Saya hanya perlu perangkat, satu alat, yang disebut skimmer. Begitu saya masukkan sistem kartu saya, dia langsung baca data, saya tinggal membuat kartu. Ini lebih mudah daripada meng-hack mesin ATM-nya, bukan?" ujar Dony, membandingkan skimming dengan peretasan (hacking).

Menurut Dony, mesin transaksi perbankan di anjungan tunai mandiri (ATM) yang digunakan untuk skimming umumnya dilengkapi kamera kecil untuk merekam atau mengidentifikasi kata sandi (password) kartu ATM.

Skimmer tersebut kemudian membaca kartu yang menggunakan magnetik di belakangnya, meskipun kartunya mungkin berbeda satu bank dengan bank lain. Dengan begitu, pelaku kejahatan kemudian dapat menguras habis isi tabungan korban.

Teknik itu mulai marak kembali digunakan pada 2016, dan menurut Dony, banyak negara di luar Indonesia menjadi targetnya.

Dalang dari skimming yang saat ini marak terjadi juga diduga berasal dari luar negeri.

Baca juga: Buntut skimming ATM, pengawasan warga asing diperketat

"Saat ini sepengetahuan saya skimming bisa membaca magnetik card. Oleh karena itu, bank diimbau untuk menggunakan chip juga di bagian belakang kartu," kata Dony.

Agar transaksi di ATM dapat berjalan lancar, Dony pun membagikan beberapa tips.

Pertama, nasabah harus memperhatikan mesin ATM.

"Saya pribadi, sebelum saya coba memasukkan kartu ATM, di tempat lobang apakah itu real atau tempelan," ujarnya, merujuk kemungkinan mesin ATM ditempeli skimmer.

Kedua, nasabah harus perhatikan pula lokasi ATM.

Mesin ATM yang berada di lokasi yang sepi, menurut Dony, lebih membuka peluang bagi pelaku untuk melakukan kejahatan.

"Karena, memasang skimmer butuh waktu. Lebih baik di ATM yang ramai atau ATM yang ada di bank pasti aman karena ada security-nya," ujarnya, terkait penempatan petugas satuan pengamanan (satpam).

Baca juga: Polda Metro selidiki dugaan tiga jaringan "skimming"

Tidak hanya itu, ketiga, nasabah disarankannya mengganti kata kunci kartu ATM secara berkala.

"Dia perlu bawa alat skimmer, lalu dihubungkan ke komputer untuk menduplikasi data. Data yang diambil hari ini bisa saja baru dieksekusi besok. Jika Anda mengganti password, maka dia akan gagal menguras uang Anda," ujar Dony, menyinggung kinerja pelaku kejahatan.

Hal terakhir, ditambahkannya, usahakan kartu ATM nasabah tidak hanya dilengkapi dengan magnetik saja, tetapi juga lempeng data digital (chip).

Baca juga: Mata uang kripto solusi anti-skimming?

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018