Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Hilmar Farid menilai salah satu capaian terpenting penyelenggaraan Festival Seni Europalia Indonesia, adalah perannya sebagai pintu untuk menghubungkan langsung masyarakat Indonesia dan Eropa.

Menurut Hilmar, festival yang telah berlangsung pada 10 Oktober 2017-21 Januari 2018 membawa kemajuan signifikan dalam hubungan Indonesia dan Eropa khususnya untuk mengubah stereotip negatif masyarakat Eropa terhadap pendatang Asia.

"Jadi yang mereka bayangkan citra orang-orang pendatang, kelasnya rendahan, dan suka bikin masalah karena di Eropa banyak terjadi teror dan sebagainya---ternyata berubah saat kita hadir dengan membawa begitu banyak ragam seni budaya," kata Hilmar di sela-sela Malam Persahabatan Europalia di Jakarta, Kamis malam.

Kemampuan karya seni dan budaya Indonesia untuk berbicara mengenai masalah-masalah pelik yang dihadapi juga oleh masyarakat Eropa, menjadi hal baru yang disebut Hilmar cukup mencengangkan bagi publik Eropa.

Sementara untuk para seniman yang terlibat, penyelenggaraan Europalia membuka kesempatan lebih luas bagi karya-karya mereka diekspos warga Eropa.

"Kita sangat beruntung dapat kesempatan tampil di tempat-tempat yang lebih umum seperti balai kota, sehingga interaksi para seniman dengan masyarakat juga lebih mengena," tutur Hilmar.

Respons publik Eropa terhadap penampilan seni budaya Indonesia pun terbilang menggembirakan.

Warga Kota Deventer, Belanda, misalnya, sangat antusias menikmati penampilan para seniman Indonesia sehingga yang semula dijadwalkan hanya ada tiga pertunjukan di kota tersebut kemudian bertambah menjadi 40 kegiatan.

"Mereka sangat terkesan dan ingin tahu," kata Hilmar.

Sebagai negara tamu kehormatan dalam perhelatan seni dan budaya bergengsi yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali, Indonesia melibatkan lebih dari 486 seniman dan budayawan untuk mengisi serangkaian acara di beberapa kota di Belgia, serta enam negara lain yakni Inggris, Belanda, Jerman, Austria, Prancis, dan Polandia.

Tidak kurang 600 ribu pengunjung menikmati seni pertunjukan, sastra, pameran, musik, dan film yang sekaligus menjadi tonggak baru hubungan bilateral Indonesia-Belgia.

"Kesuksesan ini bukan hanya tentang hubungan baik yang dibangun pemerintah kedua negara, tetapi juga partisipasi setiap seniman yang terlibat dalam festival ini," tutur Duta Besar Belgia untuk Indonesia Patrick Herman.

Sementara Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Prof. Arief Rachman menganggap suksesnya Festival Seni Europalia Indonesia tidak lepas dari kerja keras pemerintah dan rakyat Belgia, juga Indonesia, untuk menempatkan seni dan budaya sebagai penggerak pembangunan.

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018